Bab 144
Bab 144 Mengunjungi Orang Tua Sahabat
“Ardika, jangan berbohong padaku. Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?”
Luna memutar matanya ke arah Ardika.
Melihat Ardika bisa kembali dari acara itu dalam kondisi baik–baik saja seperti ini,
dia sudah cukup puas. Dia sama sekali tidak mengharapkan hal lain lagi.
“Ardika, apa kamu benar–benar sudah menghancurkan Keluarga Susanto?
Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu baru saja menerima informasi, Asosiasi Bahan
Bangunan sudah hancur dan Budi sudah mati!”
Saat ini, Tuan Besar Basagita beserta anggota Keluarga Basagita lainnya yang keluar
untuk mengejar mereka segera melontarkan pertanyaan.
Setelah mendengar ucapan itu, Luna langsung menatap Ardika dengan tatapan
terkejut.
Tanpa melirik Tuan Besar Basagita dan yang lainnya, Ardika hanya berkata pada
Luna, “Aku sudah bilang aku nggak berbohong padamu. Bukankah selama ini Budi
ingin membalas dendam padaku? Oke, aku kabulkan keinginannya. Aku sudah
menghancurkan keluarganya, besok kalian hanya perlu pergi dan mengambil alih
atas Grup Susanto Raya.”
Dalam sekejap, tatapan Tuan Besar Basagita langsung berbinar. “Ardika, apa kamu
melaporkan tindak kejahatan Asosiasi Bahan Bangunan, lalu Grup Susanto Raya
dikembalikan kepada Grup Agung Makmur sebagai hadiah atas laporanmu?”
Bagi Tuan Besar Basagita, Ardika tidak mungkin memiliki kemampuan untuk
melancarkan aksi pemberantasan pelaku kriminal skala besar seperti ini untuk menghancurkan Asosiasi Bahan Bangunan.
Paling ini hanya hadiah atas laporan yang telah diberikannya pada pihak
berwenang.
Ardika sama sekali tidak menanggapi ucapan Tuan Besar Basagita, dia benar–benar
malas untuk berbicara dengan pria tua itu.
+15 BONUS
Tuan Besar Basagita beranggapan Ardika tidak menjawab, itu artinya tebakannya
benar.
Dia menepuk–nepuk pundak Ardika, seulas senyum tersungging di wajahnya.
“Bagus, bagus, kerja bagus!”
“Luna, besok kami akan menemanimu untuk mengambil alih Grup Susanto Raya.
Kala itu, Keluarga Susanto merebut aset Grup Agung Makmur. Kini, mereka sudah
mendapat balasannya. Sudah waktunya kita mendapatkan kembali hak kita. Haha ….
Anggota Keluarga Basagita lainnya juga ikut bergembira.
Dengan mengambil alih Grup Susanto Raya, itu artinya Keluarga Basagita akan
menjadi keluarga kelas satu!
Ardika mengerutkan keningnya dan berkata, “Kalau kalian ingin ikut menemani
istriku mengambil alih Grup Susanto Raya, boleh saja. Tapi, kalian harus ingat. Grup
Susanto Raya bisa kembali menjadi milik Keluarga Basagita adalah kontribusi dari
keluarga kami dan kontribusi istriku. Dia adalah pemegang kekuasaan tertinggi
Grup Susanto Raya!”
Selesai berbicara, dia langsung membawa Luna pergi.
Setelah pasangan suami istri itu benar–benar sudah pergi, Wisnu dan Wulan baru
berani bangkit dari lantai. Saat ini, mereka berjalan keluar.
Wulan berkata dengan maksud jahat, “Kakek, lihatlah sikap arogan mereka berdua
itu. Mereka sama sekali nggak menghormati Kakek. Sejak awal, Grup Susanto Raya
adalah bagian dari Grup Agung Makmur yang diambil oleh Keluarga Susanto.
Sekarang, sudah sepantasnya Keluarga Basagita mendapatkannya kembali. Dia pikir
semua ini benar–benar kontribusinya?!”
Wisnu menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya, benar. Seharusnya Kakek yang
memegang kekuasaan tertinggi Grup Susanto Raya. Adapun mengenai Luna, dia
cukup bertanggung jawab atas lokasi konstruksi saja. Kelak, kami juga nggak akan berebutan dengannya.”
Dengan memiliki Grúp Susanto Raya, mereka sama sekali tidak melirik keuntungan
2/4
15 BORUS
kecil lagi.
Tuan Besar Basagita yang tadi diabaikan begitu saja juga merasa sangat tidak
senang.
Dia menganggukkan kepalanya dan berkata, “Oke, seperti ini saja. Setelah kita
mengambil alih Grup Susanto Raya, Luna nggak akan diberikan posisi apa pun.”
Siang keesokan harinya, Luna dan Ardika baru saja makan siang di departemen
proyek lokasi konstruksi, segerombol anggota Keluarga Basagita bergegas
menghampiri mereka.
“Luna, ayo kita pergi ke Grup Susanto Raya sekarang juga. Untuk apa kamu
memedulikan lokasi konstruksi seperti ini? Setelah mengambil alih Grup Susanto
Raya, kamu akan mendapatkan segalanya!”
Dulu, Tuan Besar Basagita menganggap lokasi konstruksi ini sebagai harta karun,
sekarang lokasi konstruksi ini tidak lebih dari sampah di matanya.
Anggota Keluarga Basagita lainnya juga sudah tidak sabar mengambil alih Grup
Susanto raya.
Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak terduga, mereka pasti
sudah meninggalkan Luna dan pergi mengambil alih Grup Susanto Raya.
“Oke, ayo kita berangkat sekarang.”
Luna tetap terlihat tenang seperti biasanya.
Ardika berkata, “Sayang, kalian pergi saja, ya. Hari ini aku ada sedikit urusan, jadi
aku nggak bisa menemanimu ke sana lagi.”
Sore ini, dia ingin mengunjungi orang tua Delvin.
Awalnya, dia berencana untuk mengunjungi batu nisan Delvin, tetapi dia dengar
informasi dari Jesika bahwa kehidupan orang tua Delvin sekarang kurang baik.
Kalau dia tidak membantu mereka menjalankan kehidupan yang lebih baik, dia
akan merasa malu dan bersalah untuk mengunjungi sahabatnya yang sudah
meninggal itu.
Setelah mobil rombongan Keluarga Basagita melaju pergi, sebuah mobil BMW
3/4
+15 BONUS Content protected by Nôv/el(D)rama.Org.
berhenti di depan gerbang lokasi konstruksi.
“Pak Ardika.”
Melihat Ardika berjalan menuju ke arah mobil, Jesika yang sudah berdiri di depan pintu mobil segera membukakan pintu mobil untuk Ardika.
COIN BUNDLE: get more free bonus