Bab 151
Bab 151 Mengambil Alih Grup Susanto Raya
“Paman, Bibi, kalian terlalu sungkan padaku.”
Ardika segera memapah dua lansia itu masuk ke dalam rumah.
“Bukankah sebelumnya aku sudah bilang pada kalian? Ke depannya, aku akan menggantikan Delvin menjaga kalian. Aku adalah putra kalian.”
Mendengar ucapan Ardika, Robin dan Selvi merasa sangat senang.
Sejak kehilangan putra mereka, mereka tidak pernah merasa sebahagia ini.
Ardika berkata, “Lingkungan hidup di area kota tua sangat buruk, nggak baik untuk pertumbuhan Livy. Kalian nggak bisa tinggal di sini lagi. Kalian pindah tempat tinggal saja, nanti aku akan membelikan sebuah rumah yang besar untuk kalian. Selain itu, aku juga akan mempekerjakan pelayan untuk kalian. Bibi nggak perlu mencuci baju dengan tangan sendiri lagi. Apalagi sekarang cuaca sudah mulai
dingin.”
“Ardika, ini… akan menghabiskan terlalu banyak uang. Kami baik–baik saja tinggal di sini. Kalau nggak, kamu bawa Livy pindah dan tinggal bersamamu saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami,” kata Selvi, menolak penawaran Ardika dengan sambil melambaikan tangannya yang sedikit bergetar.
Melihat kondisi telapak tangan Selvi yang pecah–pecah, hati Ardika terasa sakit. Dia berkata, “Bagiku, uang bukanlah apa–apa. Sekarang hal yang menjadi prioritasku
adalah kesehatan kalian.”
“Serahkan saja urusan ini padaku. Setelah aku selesai mengaturnya, aku akan
menghubungi kalian.”
“Ardika, memiliki sahabat sepertimu adalah suatu keberuntungan bagi Delvin!”
Ardika tidak hanya membantu mereka menyelesaikan masalah, juga membelikan
rumah untuk mereka.
Dua lansia itu tidak tahu harus berkata apa lagi.
Namun, Ardika merasa sudah sewajarnya dia melakukan semua ini untuk mereka.
+15 BONUS
Sejak dia diusir oleh keluarganya, dia selalu dipermalukan dan ditindas.
Selain Luna, Delvin adalah orang yang paling baik terhadapnya.
Dalam lubuk hati Ardika, selama orang itu memperlakukannya dengan baik dan
tulus, balasan seperti apa pun akan diberikannya.
Delvin duduk di rumah kecil Keluarga Darma sejenak, menemani dua lansia itu
mengobrol, mendengar mereka bercerita tentang Delvin. This belongs © NôvelDra/ma.Org.
“Ardika, sebentar lagi sudah waktunya Livy pulang sekolah, aku harus segera pergi
menjemputnya.”
Melihat waktu sudah hampir menunjukkan pukul tiga sore, Robin segera bangkit
dari kursinya.
Ardika juga ikut berdiri dan berkata, “Paman, aku akan menemanimu ke sana.”
Sekarang dia sudah menganggap Livy seperti putri kandungnya.
Mereka berdua keluar dari rumah dengan ditemani oleh Jesika. Saat berjalan ke
depan gang, mereka melihat beberapa orang preman sedang berjaga di sana.
Melihat Ardika berjalan keluar, salah seorang di antara preman itu berkata, “Tuan
Ardika, Kak Romi meminta kami untuk berjaga di sini dan melindungi Keluarga
Darma sepanjang hari!”
Ardika menganggukkan kepalanya.
Setelah mereka masuk ke dalam mobil, mobil langsung melaju ke sekolah Livy.
Sementara itu, sekelompok anggota Keluarga Basagita sudah sampai di Grup
Susanto Raya dengan perasaan senang.
Begitu memasuki gedung, Wisnu langsung berkata pada resepsionis dengan ekspresi arogan, “Di mana Tio Tandian, manajer umum kalian? Cepat suruh dia keluar temui kami. Beri tahu dia Keluarga Basagita sudah datang untuk mengambil alih Grup Susanto Raya. Oh, bukan, bukan. Kelak namanya akan berubah menjadi Grup Agung Makmur!”
“Kinerja kalian benar–benar buruk? Kenapa sampai sekarang kalian masih belum
*15 BONUS
mengganti papan nama menjadi Grup Agung Makmur? Apa kalian semua bodoh?
Kalian sudah dipecat!” kata Wulan dengan amarah yang meluap.
Sebenarnya, beberapa orang resepsionis ini lebih cantik darinya. Karena itulah, dia
memanfaatkan alasan ini untuk melampiaskan kekesalannya.
Lagi pula, mereka akan segera mengambil alih Grup Susanto Raya, jadi dia bisa
melakukan apa pun sesuka hatinya.
Sikap anggota Keluarga Basagita lainnya juga sama saja. Mereka masih belum resmi
mengambil alih Grup Susanto Raya, tetapi mereka sudah berlagak layaknya pemilik
perusahaan ini.
Melihat tingkah laku mereka, Luna mengerutkan keningnya dan menggelengkan
kepalanya dengan tidak berdaya.
Kalau membiarkan orang–orang ini berkuasa atas Grup Susanto Raya, maka tidak
lama lagi Grup Agung Makmur berikutnya akan muncul.
Saat mereka semua sedang ribut–ribut dan terus memerintah resepsionis untuk
menyediakan minuman untuk mereka, manajer umum Grup Susanto Raya, Tio
berjalan keluar bersama petinggi Grup Susanto Raya lainnya.
Semua anggota Keluarga Basagita mengenal Tio.
Lima tahun yang lalu, Tio masih menjabat sebagai kepala departemen bidang
properti Grup Agung Makmur.
Setelah Grup Agung Makmur tertimpa masalah, pria itu membawa seluruh anggota departemennya pindah ke Grup Susanto Raya.
Tentu saja anggota Keluarga Basagita memendam kebencian terhadap pengkhianat Grup Agung Makmur ini.
Namun, sebelumnya Keluarga Susanto sangat berkuasa, anggota Keluarga Basagita
sama sekali tidak berani memprovokasinya.
Sekarang semuanya sudah berubah, pria itu bukan apa–apa lagi bagi Keluarga
Basagita.
Tuan Besar Basagita mencibir dan berkata, “Tio, kamu nggak menyangka, ‘kan?
3/4
+15 BONUS
Setelah lima tahun berlalu, kamu akan kembali menjadi pekerja Grup Agung Makmur, Tapi, aku nggak akan memaafkan pengkhianat sepertimu. Sekarang, aku beri tahu kamu, kamu sudah dipecat!”
“Pecat? Bagaimana kamu bisa memecatku?”
Tio menyunggingkan seulas senyum meremehkan. Tiba–tiba, ekspresinya berubah menjadi muram, lalu memerintah, “Satpam, usir orang–orang ini keluar!”