Menantu Pahlawan Negara

Bab 169



Bab 169 Berlututlah Bajingan 

Saking ketakutannya, tangan dan kaki Tuan Besar Basagita sampai lemas. 

Keluarga Basagita hanya keluarga kaya kelas dua, mereka tidak menandingi 

kekuatan keluarga kaya kelas satu

Apalagi, mereka harus menghadapi dua keluarga kaya kelas satu sekaligus

Dia menoleh dan memelototi Wisnu dan Wulan, lalu bertanya, “Apa hari ini kalian mengunjungi Kelab Gloris?” 

“Kakek, satusatunya tempat yang kami kunjungi hanyalah tempat ini. Kami sama 

sekali nggak berkunjung ke mana pun!” 

Wisnu dan Wulan juga ketakutan setengah mati. Mereka buru–buru mengacungkan 

jari mereka dan bersumpah bahwa mereka sama sekali tidak mengunjungi Kelab 

Gloris. 

Yanto dan istrinya juga buru–buru menjadi saksi putra dan putri mereka. 

“Kalau begitu, itu artinya anggota Keluarga Basagita lainnya. Cepat minta mereka 

semua ke sini sekarang juga!” teriak Tuan Besar Basagita sambil menggertakkan 

giginya. 

Yanto segera menghubungi seluruh anggota Keluarga Basagita lainnya. 

Saat ini, Wulan berkata, “Aku dengar Handoko sudah libur kuliah dan pulang ke 

rumah. Apa mungkin dia yang melakukannya?” 

“Aku nggak peduli dia yang melakukannya atau nggak. Panggil saja mereka semua ke sini. Bagaimanapun juga, hari ini kita harus memberi sebuah penjelasan yang memuaskan kepada Keluarga Unima dan Keluarga Yendia!” 

Tuan Besar Basagita mengatakan hal itu dengan tegas di hadapan kedua kepala pelayan keluarga kaya kelas satu itu. 

Kedua kepala pelayan itu hanya mendengus dengan kesal. 

Mereka tidak punya waktu luang untuk menunggu Keluarga Basagita mencari 

1/4 

+15 BONUS © NôvelDrama.Org - All rights reserved.

pelakunya

“Setelah pelaku ditemukan, suruh dia datang ke kediaman Keluarga Unima dan meminta maaf, lalu biarkan kami yang memutuskan hukumannya!” 

Selesai berbicara, kedua kepala pelayan itu langsung pergi begitu saja. 

Mereka tidak takut Keluarga Basagita akan bermain trik. Lagi pula, keluarga ini tidak akan bisa lepas dari kendali mereka. 

Selama Keluarga Basagita masih ingin bertahan hidup di Kota Banyuli, maka mereka tetap harus menyerahkan orang tersebut ke kediaman Keluarga Unima. 

Sesaat setelah menerima panggilan telepon, semua anggota Keluarga Basagita bergegas pergi ke rumah lama Keluarga Basagita. 

Desi juga membawa Handoko ke sini. 

“Siapa di antara kalian yang berkunjung ke Kelab Gloris hari ini?” 

Tuan Besar Basagita menatap semua orang dengan tatapan dingin, seolah–olah ingin melahap orang, sehingga membuat semua orang terkejut setengah mati. 

Sebenarnya apa yang telah terjadi? 

Tidak ada seorang pun yang berbicara. 

Sorot mata Tuan Besar Basagita berubah menjadi makin dingin, dia berteriak dengan marah, “Kalau nggak mau mencelakai Keluarga Basagita, cepat berinisiatif 

maju sendiri!” 

Sekujur tubuh Handoko gemetaran, tetapi dia tetap melangkah maju. 

“Kakek, aku berkunjung ke Kelab Gloris.” 

Tuan Besar Basagita langsung menghampiri Handoko. 

“Plak!” 

Dia langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Handoko dan memerintah, Dasar bajingan! Cepat berlutut!” 

Handoko segera berlutut sambil memegang wajahnya. 

” 

2/4 

+15 BONUS 

“Brak!” 

Desi juga ikut berlutut tanpa ragu, dia bertanya dengan terisak, “Tuan Besar, sebenarnya apa kesalahan Handoko sampaisampai dia dipukuli seperti ini? Dia juga cucu kandung Tuan Besar!” 

“Aku nggak punya cucu seperti ini!” 

Tuan Besar Basagita kembali melayangkan tamparan ke wajah Handoko lagi dan berkata dengan marah, Nyalimu benar–benar besar, ya. Berani sekali kamu mematahkan kaki Tuan Muda Keluarga Unima dan Tuan Muda Keluarga Yendía! Apa kamu tahu tindakanmu ini bisa mencelakai Keluarga Basagita?!” 

“Ah….” 

Saking terkejutnya, Desi hampir pingsan di tempat. 

Dia buru–buru menerjang Handoko dan menarik lengan putranya. “Handoko, cepat beri tahu kakekmu, kamu nggak mematahkan kaki Tuan Muda Keluarga Unima dan Tuan Muda Keluarga Yendia. Tuan Besar, Handoko adalah anak yang penakut. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti ini!” 

Dia tahu apa konsekuensi yang akan diterima oleh putranya kalau putranya yang melakukan tindakan seperti itu, jadi dia terus menerus memohon kepada Tuan 

Besar Basagita. 

“Ibu, aku yang sudah mematahkan kaki Devan dan Felix! Mereka sudah menghina kakakku!” kata Handoko dengan lantang. Dia tidak merasa dirinya sudah melakukan 

kesalahan. 

Heboh! 

Seluruh anggota Keluarga Basagita terkejut bukan main. 

Selama ini Handoko sangat penakut. 

Siapa sangka dia benar–benar sudah mematahkan kaki Devan dan Felix. 

Tuan Besar Basagita melambaikan tangannya dan berkata, Nggak perlu beromong kosong di sini lagi. Yanto, cepat antar bajingan ini ke kediaman Keluarga Unima, biarkan mereka menghukumnya!” 

3/4 

SONES 

Handoko dibawa masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediaman Keluarga 

Basagita. Tidak peduli bagaimana Desi memohon, juga tidak ada gunanya. 

Dia sudah hampir putus asa. 

Namun, memikirkan Handoko adalah darah dagingnya sendiri, dia buru–buru pergi 

ke lokasi konstruksi untuk menemui putrinya. 

Selesai makan siang, Luna dan Ardika langsung pergi ke lokasi konstruksi. 

Setelah Desi menemui mereka di lokasi konstruksi, mereka baru tahu kejadian yang 

menimpa Keluarga Basagita. 

Ardika berkata, “Ibu tenang dulu, Handoko pasti akan baik–baik saja. Aku akan segera pergi ke kediaman Keluarga Unima untuk membawanya pulang.” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.