Menantu Pahlawan Negara

Bab 80



Bab 80 Dipecat 

Teriakan Sigit hampir melayangkan jiwa Erwin. 

Begitu pula dengan orang lain. 

Di Kota Banyuli, Sigit terkenal kejam dan tidak bersimpati pada penjahat

Banyak orang yang menjulukinya sebagai Raja Neraka di Bumi. 

Setelah merasakan amarah Sigit, semua orang tidak berani bersuara dan orang yang penakut pun gemetaran

Bahkan Jiko yang terbiasa sombong pun menciut. 

“Pak… Pak Sigit, maaf. Aku masih menyuruh orang untuk menemukan Tuan Ardika itu…. 

Erwin menyambut dengan sopan. 

*Dialah Tuan Ardika yang kamu cari. Erwin, beraninya kamu menangkap Tuan Ardika!” 

Sigit sungguh ingin menampar Erwin. Setelah melontarkan kalimat ini, dia langsung bergegas ke 

arah Ardika

Melihat kedua petugas polisi yang termenung di samping Ardika, dia kembali berteriak, Kenapa masih memegang borgol? Apa mau menangkapku juga?” 

Kedua petugas polisi itu langsung mundur

Tuan Ardika, maaf. Aku gagal membimbing bawahanku.” 

Sesampai di hadapan Ardika, suara Sigit pun gemetaran

Seketika, suasana di lokasi menjadi sangat mencekam

Erwin tercengang! 

Begitu pula dengan JikoText © by N0ve/lDrama.Org.

Para pejalan kaki yang terus menghujat Ardika dan mengatakan ingin menghabisi pedagang 

manusia pun tercengang

Seorang pemimpin kantor polisi yang bermartabat, tangan kanan Wali Kota Ridwan, Sigit yang selalu tampil dengan berani dan tegas di depan umum merendah kepada pemuda di hadapannya 

ini! 

Selain itu, melalui tatapan Sigit terhadap Ardika, mereka dapat merasakan bahwa Sigit takut dan 

merasa bersalah

+15 BONUS 

Bahkan ada semacam tasa hormat yang luar biasal 

Abaikan soal takut dan merasa bersalah. 

Bisa–bisanya Sigit yang pernah menjadi pahlawan kota yang terkenal dan sudah menghukum. banyak penjahat menghormati pemuda ini! 

Sebenarnya siapa dia? 

Tentu saja, Sigit mengetahui latar belakang Ardika. 

Saat ini, Ardika berkata dengan tenang, Pak Sigit, aku menyelamatkan seorang gadis dari pedagang manusia, tetapi malah dianggap sebagai pedagang manusia.” 

“Para bawahanmu itu, meskipun sudah kujelaskan berulang kali dan aku juga bersedia menunjukkan bukti bahwa aku nggak bersalah, mereka tetap ingin menangkapku. Tanganilah masalah ini.” 

Tiba–tiba, api kemarahan di hati Sigit pun membara. 

Seorang Dewa Perang yang bermartabat ditangkap oleh bawahannya dengan tuduhan mendagangkan manusia. 

Kalau masalah ini tersebar, reputasi Sigit akan hancur total! 

“Maaf, Tuan Ardika, sudah menyulitkan Anda!” 

Dia mengangkat kepalanya, lalu menatap Erwin dengan dingin, “Erwin, apa kamu tahu Tuan Ardika itu siapa? Seseorang dengan prestasi yang begitu luar biasa….” 

Setelah berkata demikian, Sigit menyadari bahwa Ardika sedang menatapnya dengan dingin. 

Dia tersadar. 

Kalau identitas Ardika terungkap, akan terjadi kerusuhan besar di Kota Banyuli. 

Dewa Perang Ardika sudah melakukan banyak pertempuran darah di luar wilayah dan memberikan kontribusi besar pada negara. 

Namun, sekarang bisabisanya ada yang ingin menangkapnya dengan tuduhan 

memperdagangkan manusia! 

Memikirkan hal ini, mata pria tangguh seperti Sigit pun memerah. 

“Plak!” 

Dia tiba–tiba menampar wajah Erwin dengan kuat. Dengan begitu, dia baru bisa melampiaskan 

amarahnya. 

“Jabatan ketua cabangmu dicabut sekarang juga. Kamu dipecat!” 

“Wung!” 

Erwin tiba–tiba merasa peredaran darahnya tersumbat dan sekujur tubuhnya menjadi lemas. 

Semua orang pun memandang Ardika dengan kaget. 

Bagaimanapun, ketua cabang dianggap adalah tokoh politik yang penting di Kota Banyuli. 

Hanya karena dia menyinggung Ardika, dia dipecat! 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.