Menantu Pahlawan Negara

Bab 610



Bab 610 Tangisan Sedih Luna Belongs © to NôvelDrama.Org.

“Selain itu, kami diam–diam membuat perjanjian dengan dewan juri.

Mereka memberi Keluarga Basagita dana bantuan sebesar empat triliun, maka Keluarga Basagita akan mengembalikan satu triliun sebagai ‘ucapan terima kasih‘.”

Wulan tidak takut Luna mengetahui tindakan curang yang dilakukan oleh Keluarga Basagita ini, dia tidak takut Luna mengekspos tindakan curang Keluarga Basagita.

Karena dia tahu Luna pasti tidak berani menyinggung Keluarga Mahasura.

Wulan tertawa dingin dan berkata, “Apa kamu tahu? Keluarga Mahasura juga mendapat dana bantuan sebesar delapan triliun.”

Saking terkejutnya, Luna membuka matanya lebar–lebar.

Awalnya, Dewa Perang mengembalikan uang sebesar puluhan triliun itu untuk mendukung pembangunan Kota Banyuli, agar penduduk Kota Banyuli memperoleh keuntungannya.

Namun, sekarang, dengan memanfaatkan jalur belakang, Keluarga

Mahasura dan Keluarga Basagita sudah mengambil alih 12 triliun dari total dana bernilai puluhan triliun itu!

Uang ini bisa menjadi modal bagi mereka untuk membagi aset dan bisnis, milik tiga keluarga besar dan mengumpulkan kekayaan!

Luna sangat marah.

Dia sangat marah karena dua keluarga itu benar–benar tidak tahu malu, dia juga merasa sedih karena niat baik Dewa Perang dimanfaatkan oleh oknum -oknum curang seperti ini.

“Haha! Selanjutnya, kami akan menggunakan dana sebesar tiga triliun ini untuk melelang bisnis–bisnis tiga keluarga besar, agar Keluarga Basagita

bertambah kaya! Makin lama, kami akan menjadi makin kaya!”

“Adapun mengenai Luna, dia hanya bisa menunggu melihat kita makan. makanan lezat! Oh, nggak, nggak, dia hanya bisa melihat kita memberi kontribusi pada perkembangan ekonomi Kota Banyuli! Hahaha!”

“Luna, kamu nggak punya latar belakang, kamu juga nggak pandai menjilat, bagaimana kamu bisa bersaing dengan kami?!”

+15 BOHUS

Setelah melontarkan sindiran kepada Luna sesuka hati mereka, anggota Keluarga Basagita baru pergi dengan arogan.

Tak lama kemudian, sekelompok presdir perusahaan berjalan keluar dengan kesal.

“Sial! Dana puluhan triliun yang seharusnya digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan untuk mengembangkan bisnis malah dana sebesar 12 triliun sudah diperoleh Keluarga Basagita dan Keluarga Mahasura. Kalau datang lagi sebuah perusahaan dengan latar belakang yang kuat, dana itu pasti akan habis. Kita yang nggak memiliki latar belakang dan masih dalam proses merintis bisnis, sama sekali nggak bisa mendapatkan sepeser pun. Kalau dibilang nggak ada kecurangan, aku sama sekali nggak percaya!”

“Aku juga nggak memercayai Dewa Perang lagi. Omongannya saja enak didengar. Katanya dana itu untuk pembangunan Kota Banyuli, agar semua penduduk Kota Banyuli bisa memperoleh keuntungan. Sebenarnya, di matanya hanya beberapa keluarga saja dianggap sebagai penduduk, sedangkan yang lainnya dianggap bukan manusia!”

“Sssttt! Apa kamu ingin mati? Cepat tutup mulutmu rapat–rapat! Anggap saja hal ini nggak pernah terjadi. Dunia ini memang kejam.”

“Ya, aku sudah lama tahu setiap orang memang egois. Aku nggak benar- benar percaya Dewa Perang seratus persen adil….

Sambil melontarkan kekesalan mereka, sekelompok orang itu pun pergi.

Luna pulang sambil meneteskan air matanya.

“Sayang, kenapa kamu menangis? Kamu nggak mendapat dana bantuan itu?”

Melihat istrinya menangis, hati Ardika seakan–akan hancur berkeping- keping. Dia segera menghampiri Luna dan memeluk istrinya itu.

“Dana sebesar puluhan triliun, sudah sebesar 12 triliun diperoleh Keluarga Basagita dan Keluarga Mahasura melalui jalur belakang. Sangat banyak perusahaan unggul dan perusahaan kecil yang nggak berhasil memperoleh dana bantuan itu.”

“Niat baik Dewa Perang sudah disalahgunakan oleh orang–orang itu.”

“Banyak orang yang memarahi Dewa Perang bermuka dua, jelas–jelas katanya dana itu digunakan untuk pembangunan Kota Banyuli, tapi nyatanya 12 triliun sudah jatuh ke tangan Keluarga Basagita dan Keluarga Mahasura.”

“Bukan seperti itu, bukan seperti itu. Dewa Perang bermaksud baik, tapi nama baiknya tercoreng oleh Keluarga Basagita dan Keluarga Mahasura….”

Luna menangis dengan sedih sangat lama.

Mendengar nama baik idolanya dicoreng seperti itu, Futari juga ikut menangis dengan sedih.

Ardika tidak tahu harus tertawa atau menangis. Namun, pada saat bersamaan, dia merasa sangat terharu.

Luna menangis sesedih itu karena nama baiknya dicoreng oleh orang lain.

“Sudah, sudah, jangan menangis lagi. Dewa Perang pasti nggak akan membiarkan orang–orang itu bertindak sesuka hati mereka, dia pasti akan mengambil tindakan.”

Setelah menghibur mereka cukup lama, akhirnya dua wanita itu baru berhenti menangis.

“Dewa Perang sudah kembali ke Kediaman Dewa Perang. Bagaimana mungkin dia tahu apa yang terjadi di sini? Pantas saja Keluarga Mahasura berani bertindak sesuka hati mereka seperti ini.”

Amarah yang bergejolak dalam hati Luna masih belum mereda.

Sambil menyeka air matanya, Futari berkata dengan mata memerah, “Kak Ardika, sekarang aku benar–benar berharap kamu adalah Dewa Perang! Dengan begitu, kamu bisa langsung memberi pelajaran kepada orang- orang biadab itu!”

“Biarpun aku mengatakan aku adalah Dewa Perang, kalian juga nggak percaya.”

Ardika benar–benar tidak berdaya.

Namun, dia tidak akan melepaskan satu pun dari Keluarga Mahasura, Keluarga Basagita, serta dewan juri tersebut.

Tepat pada saat ini, Luna menerima panggilan telepon.

“Pak Fairus?”

Dia tidak menyangka Fairus yang menghubunginya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.