Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Chapter 126



Chapter 126

Bab 126

Selesai makan malam, Tracy buru-buru pergi ke Bar Downtown untuk mengikuti wawancara.

Memikirkan bahwa menjadi penyanyi harus memperhatikan penampilan, Tracy secara khusus mengenakan gaun hitam miliknya yang sudah bertahun-tahun tidak ia pakai, juga memoleskan lipstik.

Saat bercermin, dia merasa penampilannya terlalu genit, maka dia pun menghapus lipstiknya.

Kemudian, dia memakai sepatu olahraga, dan langsung pergi ke bar naik taksi.

Namun, meski dia berpakaian seadanya seperti itu, saat tiba di bar, dia tetap menarik perhatian semua orang. From NôvelDrama.Org.

Bar itu sangat sepi, hanya ada tiga meja yang terisi tamu, serta beberapa staf.

Bar yang awalnya tidak menarik ini berubah menjadi berwarna berkat kedatangan

Tracy.

Mata para tamu di ketiga meja itu langsung bersinar, berniat maju dan berkenalan dengan tujuan tertentu.

Sementara itu, di sebuah meja di sudut ruangan, pemilik bar dengan pelan menepuk-nepuk seorang pemuda yang ada di sampingnya, “Mangsa baru sudah datang, kamu pasti menyukainya!”

“Cih, di tempat sepi seperti ini, gadis yang masuk ke dalam pandanganku saja tidak ada…”

Sebelum pemuda yang memakai jaket kulit hitam itu selesai bicara, dia langsung tertegun. Saat dia melihat Tracy, tatapannya yang awalnya meremehkan segera berubah menjadi rasa terkejut. Matanya membelalak hingga bola matanya hampir keluar.

“Tuan Billy, suka tidak?” Pemilik bar tersenyum jahat, “Aku akan menanyakan nomor teleponnya untukmu.”

“Jangan main-main.” Billy segera mencegah, “Wanita ini tidak bisa diganggu.”

“Kamu kenal?” Pemilik bar bertanya dengan penasaran.

“Bukan hanya kenal…”

Billy menyipitkan matanya, menatap Tracy lekat-lekat, matanya memancarkan tatapan yang berbeda.

Dibandingkan penampilan polos yang kemarin, dia lebih menyukai penampilan Tracy sekarang yang terkesan liar.

“Panggil dia kemari untuk bermain bersama,” kata pemilik bar.

“Sudah kukatakan, wanita ini tidak… bisa… diganggu!”

Billy mengatakan tiga kata terakhir dengan penekanan, tatapannya juga memberikan peringatan yang keras.

“Baik, aku mengerti.” Pemilik bar menganggukkan kepala berulang kali.

“Bos, penyanyi yang mau melakukan wawancara sudah datang.” Seorang pelayan membawa Tracy berjalan mendekat.

Saat melihat Billy, Tracy langsung menghentikan langkah kakinya. Ini, bukankah dia “Gigolo Pelunas Hutang”?

Bentuk tubuhnya, punggungnya, juga pakaiannya, hampir sama persis dengan “Gigolo Pelunas Hutang”.

Billy menoleh dan melihat, dia menatap Tracy dengan tatapan yang rumit. Apakah dia mengenal dirinya?

“Kamu…” Melihat wajah tampannya yang terkesan masih sangat muda, Tracy berpikir sejenak, baru bereaksi kembali, “Apakah sungguh kamu?”

Hati Billy tersentak, Dia sungguh mengenalinya? Atau dia menganggapnya sebagai Kak Daniel?

“Budi?” Tracy menyebutkan nama asli “Gigolo Pelunas Hutang”.

“Ha?” Billy tercengang, Situasi apa ini? Apakah Kak Daniel menggunakan nama kampungan seperti itu di depannya?

“Maaf, aku mungkin salah mengenali orang.”

Tracy tidak terlalu yakin, hatinya berdebar-debar, sangat tidak tenang.

Namun, dalam hati dia berkata, Meskipun itu sungguh dia, lebih baik tetap pura pura tidak kenal, karena mereka sudah putus hubungan sepenuhnya.

“Kamu…” Pemilik bar menatap Tracy sambil tersenyum, “Ingin melamar menjadi penyanyi?”

“Ya.” Tracy mengangguk.

“Alat musik apa yang bisa kamu mainkan?” Pemilik bar bertanya.

“Piano.” Tracy melirik sekilas ke arah panggung. Di atasnya, ada sebuah piano berwarna putih.

“Coba kamu naik dan mainkan sebuah lagu.” Pemilik bar menaikkan dagunya dan mengarahkannya ke panggung.

“Baik” Tracy melirik Billy sekilas, lalu naik ke atas panggung. Awalnya dia memainkan musik yang tenang dan halus, kemudian langsung memainkan musik dengan level sulit, yaitu musik tema “Pirates of the Caribbean”.

Seketika, terdengar riuh tepuk tangan di seluruh ruangan.

Semua orang yang berada di bawah panggung bertepuk tangan dan bersorak untuknya.

Setelah selesai bermain, Tracy membungkuk dan turun dari panggung, lalu berjalan ke depan pemiliki bar, “Apakah saya bisa diterima?”

“Ya, bisa diterima, tetapi ini bar, bukan restoran kelas atas dengan suasana elegan. Jadi, mungkin kamu perlu bernyanyi sambil bermain piano, juga harus memainkan lagu yang bertempo cepat.”

Pemilik bar menjawab sambil tersenyum tipis.

“Tidak masalah, saya bisa memainkan beberapa lagu lagi…”

“Tidak perlu, kamu bersiap-siaplah. Pukul 9 tepat, acara musiknya akan dimulai.” Pemilik bar menambahkan, “Bayaran per jam sebesar 5,6 juta, setiap sesi 2 jam, setiap minggu tampil hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Menurutmu, bagaimana?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.