Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Chapter 148



Chapter 148

Bab 148

“Mengerti, aku akan segera mengurusnya.”

Tracy buru-buru berlari tanpa alas kaki, tak lama, ia berjalan kembali untuk mengambil sepatunya, tersenyum pada Daniel “Hehe”.

la sungguh gembira bisa mendapatkan uang!

Daniel melihat punggung Tracy, tersenyum menyeringai mengejek, “Wanita ini, sungguh serakah!”

Tracy melapor kepada Winnie, memakai sepatu, dan buru-buru pulang ke rumah.

Baru masuk pintu langsung berteriak: “Bibi Juni, obat yang waktu itu diberikan pada Roxy, masih ada tidak?”

“Obat apa?” Bibi Juni tidak mengingatnya.

“Tidak mau minum obat, tidak mau minum obat.” Roxy berteriak kencang di dalam sangkar.

“Diam.”

Tracy meneriakinya dan berkata pada Bibi Juni, Yang waktu itu. Obat warna hijau yang diberikan pada Roxy, lalu chipnya langsung keluar…”

“Masih ada setengah botol kecil, kenapa? Nona sembelit?”

“Bukan, di kantor ada orang tua yang memerlukannya. Bibi Juni bantu buatkan sepanci bubur iga sapi, lalu buatkan juga sedikit bakpao sayur, dimsum kukus udang, kuotie sayur, kemudian belikan sebuah keranjang buah, aku mau ke rumah sakit menjenguk orang sakit.”

“Baik.”

Tracy ke kamar menemani Carla yang sakit.

Pukul 1.30 siang, semuanya sudah disiapkan Bibi Juni, obatnya juga sudah ada.

ennud

Tracy segera mengambil barangnya dan buru-buru ke rumah sakit.

Di mobil, dia melihat di botolnya tertulis “Minum dan Lancar”, namanya sungguh jelas, sekali minum, langsung lancar!

Begitu sampai tujuan, Tracy mendapati bahwa ini adalah tempat Carla berobat semalam, RS Hati Kudus!

RS Hati Kudus adalah rumah sakit swasta terbaik di Kota Bunaken, semua pengobatannya adalah pelayanan satu pintu, pasien dan keluarga pasien tidak perlu ke sana kemari untuk mengurus administrasi. Setiap pasien memiliki perawat dan dokter khusus.

Pelayanannya sangat bagus, standar pengobatannya sangat tinggi, tentu saja biayanya juga sangat mahal!

Lily menunggu Tracy di depan pintu, mengantarnya menemui Direktur Toni.

Orang tua yang malang berbaring di kamar pasien mewah seorang diri, kedua matanya menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Hanya dalam waktu 2 hari, Direktur Toni sudah kurus seperti tulang yang dibungkus kulit, dia menolak obat apa pun.

Saat perawat ingin mendekat dan memberikan obat, dia langsung marah: “Pergi, saya tidak mau minum, saya lebih baik mati daripada minum obat pencahar…”

Perawat mundur tak berdaya, menggelengkan kepala dan berkata pada Lily: “Dokter Lily, kami sungguh tidak mampu, Direktur Toni bilang dia tidak mau minum apapun.”

“Direktur Toni sudah minum obat pencahar lima kali, makanya bisa jadi kurus seperti ini. Tidak heran, jika ia sekarang menolak minum obat apapun.” Tracy mengerutkan kening dan menghela napas, “Selain itu, walaupun dia meminum obat pencahar lagi, tidak ada yang bisa menjamin chip itu bisa keluar dalam waktu singkat.”

“Aku punya satu obat, begitu diminum, pasti langsung keluar.” Tracy mengeluarkan botol “Minum dan Lancar” itu, menggoyang-goyangkannya, tersenyum misterius, “Terbukti manjur!”

“Uh…” Lilý mengedipkan mata, “Berdasarkan pandangan profesionalku, seharusnya obat ini bukan obat biasa… Tapi, Tuan Daniel minta kamu datang mencobanya, kamu coba saja.” This content © 2024 NôvelDrama.Org.

“Hmm.” Tracy menjinjing makanan dan buah yang sudah disiapkannya sejak awal dan masuk kamar pasien.

“Pergi–“Direktur Toni ingin marah. Saat melihat Tracy, dia bengong, “Kamu?”

“Apakah Anda masih ingat saya?” Tracy sedikit sungkan, “Waktu itu, hal itu…”

“Waktu itu, terima kasih. Jika bukan karena kamu, nyawa saya sudah melayang.”

Sikap Direktur Toni menjadi ramah.

“Jangan sungkan, ini adalah makan siang yang saya bawakan untuk Anda. Cobalah, apakah Anda suka. Dulu, papa saya sangat menyukai makanan ini.”

Tracy menyusun semua makanan buatan Bibi Juni di meja.

Melihat makanan-makanan ini, Direktur Toni tidak tahan mengeluarkan air mata: “Saya sudah dua hari tidak makan, binatang itu tidak memberikan saya makanan, hanya menyuruh saya minum obat pencahar.”

“Cepat dicoba.” Tracy menuangkan semangkuk bubur iga, “Ini buatan Bibi Juni, sejak kecil saya menyukainya.”

“Terima kasih.” Direktur Toni mencicipi sesuap, air matanya hampir menetes, “Enak, sungguh sangat enak.”

“Makanlah pelan-pelan, masih ada.”

Tracy menjaga Direktur Toni, mengakrabkan diri dengan Direktur Toni, juga membantu memijat kakinya.

Di sepanjang siang itu, keduanya pun menjadi sahabat baik, bisa membicarakan apa pun.

Direktur Toni menyapa dengan akrab: “Tracy, jangan berdiri, cepat duduk.”

“Tidak perlu.” Tracy tidak mau berbasa-basi lagi. Dia langsung mengeluarkan obat itu, “Direktur Toni, sebenarnya saya membawa sebuah tugas. Saya tahu Anda sangat tidak suka minum obat. Namun, saya jamin, setelah Anda minum obat ini, chipnya pasti akan keluar, ini terakhir kalinya.”

Direktur Toni mengerutkan dahinya: “Presdir Daniel yang menyuruhmu datang?”

“Ya” Tracy mengangguk jujur, “Namun, obat ini saya bawa sendiri dari rumah, terbukti manjur. Sungguh.”

“Baiklah, saya minum!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.