Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 183
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 183
Bab 183
Mendengar perkataannya, Tracy merasa ruwet. Sebelumnya Stanley dan Daniel berselisih, Daniel juga melukainya. Stanley malah menurunkan harga dirinya demi Tracy, pergi memohon kepada Daniel...
“Tracy, apakah kamu mendengarku?”
Suara Stanley menghentikan lamunan Tracy
“Dengar kok. Terima kasih, Stanley!” jawab Tracy lembut.
“Tidak usah berterima kasih, aku yang berhutang padamu..” Stanley berbicara dengan sedu, “Sekarang aku sangat menyesal, benar–benar menyesal. Waktu itu kenapa aku tidak melawan keluargaku, melindungimu baik–baik...”
“Hal yang sudah berlalu biarlah berlalu...”
“Babi bodoh, bangun sarapan!”
Tiba–tiba sebuah suara memotong ucapan Tracy.
Stanley yang berada di seberang telepon tercengang. Sinyalnya seperti macet, tidak ada suara.
nac
suai
Tracy bergegas menutup lubang mikrofon, menjawab Daniel sambil mengernyitkan dahi, “Kenapa kamu selalu tidak mengetuk pintu dulu?”
“Di sini adalah rumahku.” jawab Daniel dengan dingin lalu pergi.
Tracy sungguh tidak bisa berkata–kata, lalu ia bertanya kepada Stanley dengan hati–hati, “Apakah kamu masih di sana?”
“Kamu, sudah tinggal bersamanya?” suara Stanley terdengar tertekan.
“Bukan...” Tracy tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Stanley menarik napas dalam, mencoba untuk terdengar tenang, “Tracy, mari kita bertemu. Sekarang juga ke Restoran Berlian Biru, aku tunggu kamu.”
“Stanley....”
Tracy baru saja ingin bicara, telepon langsung dimatikan oleh Stanley.
Tracy tidak ingin pergi, tetapi jika ia tidak pergi. Takutnya Stanley akan terus menunggunya.
Memikirkan ini, Tracy langsung bangun mandi ganti baju. Ia membawa gelang itu menemui Stanley
Setelah keluar dari kamarnya dan turun. Ke mana pun Tracy lewat, setiap pelayan wanita selalu menundukkan kepala dan memberi hormat kepada Tracy.
Tracy agak tersanjung, ia buru–buru menganggukkan kepala dan tersenyum sebagai balasannya.
“Nona Tracy, Tuan Daniel sedang menunggu Anda di taman bunga.” Pelayan wanita berbicara dengan hormat, “Mari aku antar Anda ke sana.”
“Tidak perlu, tidak perlu...” Tracy melambaikan tangan, “Aku ingin keluar sebentar, tidak sarapan.
Tolong sampaikan padanya.”
“Baiklah, Anda ingin menggunakan mobil? Biar aku atur.”
“Boleh, terima kasih.”
Vila ini besar sekali, Tracy harus jalan beberapa menit baru bisa keluar.
Ada sebuah Maybach terparkir di depan pintu utama. Supir menunggu di samping, membuka pintu untuknya.
“Restoran Berlian Biru di jalan Mirae, terima kasih.” Tracy mendesak sopir begitu naik mobil, “Tolong agak cepat, ya.”
“Baik, nona Tracy.” Supir bergegas menyalakan mobil dan menyetir.
Melalui jendela mobil, Tracy dapat melihat ke arah luar. Ia melihat taman bunga yang tak jauh. Daniel sedang sarapan di bawah payung matahari. Kurasa pelayan sedang melaporkan dirinya yang ingin keluar, kepala Daniel lalu menoleh ke arah sini.
Ia ketakutan buru–buru mundur, karena takut Daniel akan menghentikan mobil.
Di luar dugaan, ia sama sekali tidak ada instruksi apa pun.
Mobil keluar dari vila dengan lancar.
Tracy menghela napas lega. Hatinya diam–diam senang. Untung saja, iblis ini tidak membatasi kebebasan pribadinya.
Tracy bergegas ke Restoran Berlian Biru.
Stanley memesan seluruh restoran. Ia duduk sendirian di dekat jendela menunggu Tracy. Punggungnya tampak kesepian dan sunyi.
Tracy menarik napas dalam, mengatur suasana hatinya lalu berjalan ke sana.
“Kamu sudah datang!” Pandangan Stanley berpindah dari jendela ke Tracy, tatapannya lembut.
“Apakah lukamu sudah baikan?” Tracy duduk dan bertanya dengan prihatin.
“Sudah baikan.” NôvelDrama.Org copyrighted © content.
Stanley melihat bekas cupang di leher Tracy, ia mengencangkan tangan saat memegang cangkir kopi.
Tracy sama sekali tidak menyadari keanehan. Ia mengeluarkan gelang dari tas dan diberikan kepada Stanley, “Ini, kukembalikan kepadamu.”
“Sebenarnya gelang ini, awalnya ingin diberikan untukmu.” Stanley melihat gelang itu, tiba–tiba ia penuh emosional, “Ini adalah gelang yang diwarisi kepada menantu dalam keluargaku...”
“Kalau begitu, seharusnya kamu berikan kepada Alice. Ia adalah menantu keluarga kalian.” jawab Tracy sambil tersenyum.
Mendengar perkatannya, Stanley terdiam. Beberapa menit kemudian, ia bertanya, “Tracy, jika aku bercerai dengan Alice, Apa kamu bisa memberiku kesempatan sekali lagi?”