Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 198
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 198
“Hm?“, Daniel mengangkat sebelah aslinya, “Tidak mau? Ya sudah!”
Tangannya sudah mau menyimpan kembali cek itu...
“Mau, mau, mau!” Tracy bergegas mengambil cek itu. Ketika ia melihat nominal di dalan cek, senyumnya bermekaran, “Empat miliar, terima kasih, Presdir Daniel!”
“Sama-sama, itu memang milikmu.” Daniel menyunggingkan senyuman, “Ini adalah bonus untukmu karena berhasil membujuk Direktur Toni minum obat pencahar!”
“Bukankah kamu bilang akan dipotong untuk uang kalung?”
Tracy memiliki firasat tidak enak.
Roxy gemetaran di pundak Tracy. Ia melihat Daniel seperti binatang buas pemangsa.
“Apa bedanya utang 200 miliar dengan 196 miliar?” jawab Daniel dengan datar, “Lebih baik aku beri kamu bonus ini agar kamu tidak kekurangan apapun. Dengan begitu, kamu bisa melayaniku
dengan baik.”
Melayani!!!
Mendengar kata ini, Tracy langsung cemas. “Presdir Daniel, aku hanya seorang karyawan. Aku, aku tidak menjual diriku.” ujar Tracy dengan cepat.
“Jual diri, jual diri!” Roxy mengikuti cara bicara Tracy.
Daniel menatapnya sekilas.
la langsung ketakutan menutup paruhnya lalu bersembunyi di rambut tebal Tracy. Ia menggunakan paruhnya mengangkat rambut Tracy untuk menutupi wajahnya, seolah tidak akan ditemukan oleh orang jahat.
“Semalam sudah dijual.” Daniel mengeluarkan surat perjanjian utang. Ia menggoyang–goyangkan surat itu di hadapan Tracy, “Sekarang dari atas hingga bawah tubuhmu, dari luar hingga dalam adalah milikku!”
Mata Tracy membelalak. Ia menatap surat di tangan Daniel dengan linglung, lalu ia teringat kejadian tadi malam...
Ia dikejar oleh serigala liar. Ia mati–matian berlari ke luar gerbang vila, menggedor gerbang besi meminta pertolongan....
Kemudian ia bersedia menandatangani surat perjanjian utang itu di tengah ketakutan. Tetapi, pada akhirnya ia pingsan dan sama sekali tidak menandatangani surat itu. This content provided by N(o)velDrama].[Org.
Tracy mengambil surat itu, menelitinya dengan cermat. Di dalam surat tidak ada tanda tangan, tetapi ada cap jari berwarna merah. Walaupun sudah kering, tetapi tetap dapat tercium bau darah....
la tercengang sebentar, lalu mengangkat tangannya melihat ibu jarinya yang terluka. Barulah ia merespon, “Daniel, kamu benar–benar bajingan!!!”
“Bajingan, ba....”
Roxy baru saja ingin mengucapkan kata barunya, ia sudah ketakutan dan mundur karena tatapan mata Daniel. “Mami, takut, takut.” ujarnya dengan suara kecil.
Daniel memindahkan pandangannya dari Roxy, ia mengambil remot di sebelah. Memencet sebuah tombol, lalu terdengar suara memohon Tracy di dalam kamar.
“Aku mohon tolong aku, tolong aku. Aku tidak ingin mati. Huhuhu...”
“Daniel, asalkan kamu menyelamatkanku, aku bersedia melakukan apa pun.”
“Bukankah kamu menginginkan surat perjanjian utang itu? Aku bersedia menandatanganinya. Selama kamu menyelamatkanku, aku akan tanda tangan...”
“Kamu sendiri yang bilang, ya?” suara Daniel, “Bukan aku yang memaksamu!”
“Tidak, tidak, aku sendiri yang bersedia. Biarkan aku masuk dulu, cepat biarkan aku masuk. Serigala sudah datang, benaran sudah dekat....”
“Baiklah, kamu yang memohon kepadaku.”
Rekaman suara berhenti sampai di sini.
Wajah Tracy malu memerah hingga ke telinga. Ia benar–benar ingin mencari celah untuk bersembunyi.
Daniel mengangkat alisnya, ia menatap Tracy dengan lembut, “Masih ada video. Apakah kamu ingin melihatnya?”
“Kamu...” Bibir Tracy gemetar, ia benar–benar ingin menangis.
“Turuti perkataanku.” Daniel mengambil balik surat perjanjian utang dan melipatnya, memasukkannya ke dalam saku celananya. “Jika performamu bagus akan diberi penghargaan. Jika kamu tidak patuh, surat perjanjian utang tetap berlaku dan kamu akan menerima hukuman.”
Ia berdiri, menepuk–nepuk pipi Tracy, “Pikirkan baik–baik, mana yang lebih menguntungkanmu.”
Tracy memelototinya penuh kebencian, tetapi ia tidak berani bicara sepatah kata pun.
“Aku pergi dulu.” Daniel membalikkan badan dan pergi. “Semoga saat aku pulang nanti, kamu sudah memikirkannya baik–baik!”
Tracy melambaikan tinju ke arah punggungnya yang sedang berjalan pergi. Dalam hatinya, ia memaki binatang, bajingan, bedebah, jahanam ini....
Semoga langit segera menghukumnya!
“Carlos, Carles, Carla...” tiba–tiba Roxy berseru, “Takut, takut!”
Langkah Daniel berhenti, ia menoleh dan menatap Roxy, “Apa yang dia bilang?”