Bab 118
Bab 118 Sifat Manusia
Herman menatapnya dengan tatapan meremehkan dan berkata, “Ardika, sebaiknya kamu berkaca dulu. Kamu nggak lebih dari seorang menantu yang menumpang di sebuah keluarga kelas dua. Keberanian dari mana yang kamu peroleh untuk
berbicara seperti itu kepada Arini?!”
Jimmy berkata, “Arini adalah lulusan universitas ternama luar negeri dan
merupakan seorang CEO perusahaan besar. Kalian berasal dari dunia berbeda, atas dasar apa kamu berbicara seperti itu dengannya?”
Dalam lubuk hati mereka, Arini sudah seperti sosok dewi saja mereka
berlomba–lomba untuk menarik perhatiannya.
big tha
Wajar
Kebetulan sekali Ardika yang tidak tahu diri menyinggung Arini, sehingga memberi mereka kesempatan untuk menyenangkan hati sosok dewi ini.
“Arini, kamu nggak berani mengakui apa yang pernah kamu lakukan sendiri? Apa yang kamu takutkan?!”
Ardika sama sekali tidak memedulikan ucapan beberapa orang pria yang sudah jelas ingin menjilat Arini itu. Dia hanya menatap wanita di hadapannya dengan
tatapan dingin.
Dia hanya ingin tahu, apa alasan Arini melaporkan Delvin dan siapa yang menginstruksikannya untuk melakukan hal seperti itu.
Arini menatapnya dengan lekat. NôvelD(ram)a.ôrg owns this content.
Tiba–tiba, dia mencibir dan berkata, “Ardika, kalau kamu memang begitu penasaran, aku akan beri tahu kamu. Lagi pula, Delvin sudah mati. Dia nggak mungkin bisa
menjelma menjadi hantu dan membalas dendam padaku!”
Ardika tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya menanti
penjelasan dari wanita di hadapannya ini.
Arini mencibir dan berkata, “Aku melaporkan Delvin karena aku iri padanya. Siapa
suruh peringkatnya selalu berada di atasku. Memang benar, dia adalah genius. Nggak peduli seberapa giat aku belajar, aku tetap nggak mampu mengejarnya. Hal
–th
sticke,
T
1/3
itu membuatku sangat frustrasi.”
Jenny, James dan beberapa orang pria lainnya menatap Arini dengan ekspresi
terkejut.
Walaupun mereka semua tahu Arini yang melaporkan Delvin berbuat curang, tetapi mereka tidak menyangka Arini berani berbicara terus terang seperti ini.
Ardika mencibir dan berkata, “Hanya karena iri kamu melaporkannya berbuat curang dan menghancurkan hidupnya?”
Dia tahu keburukan sifat manusia.
Kalau sudah iri, manusia mungkin melakukan apa saja.
Namun, waktu itu Delvin sudah banyak membantu wanita ini.
“Iri? Huh, tentu saja bukan. Dia juga menjadi penghalang masa depanku!”
Arini berkata dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan dengan kata–kata, “Waktu itu, hanya ada satu nama yang bisa direkomendasikan untuk melanjutkan
pendidikan di universitas ternama luar negeri. Guru berencana untuk merekomendasikan Delvin, karena dia sangat berbakat dan menganggap kesempatan itu sangat cocok untuknya.“.
“Sedangkan waktu itu impian terbesarku adalah melanjutkan pendidikan di
universitas ternama luar negeri. Aku sangat menginginkan kesempatan itu. Tapi, sayang sekali aku sudah pasti nggak bisa mengalahkan Delvin.”
“Karena itulah, aku melaporkannya sehingga dia dikeluarkan dari sekolah!”
Tiba–tiba Arini tertawa.
Setelah Delvin dikeluarkan dari sekolah, dia mendapatkan kesempatan itu.
Kala itu, begitu banyak orang yang mengaguminya.
Saat itu adalah momen yang paling membanggakan seumur hidupnya.
Ardika bertanya dengan nada emosi, “Kenapa kamu begitu yakin begitu Delvin dikeluarkan kamu akan mendapatkan kesempatan itu?”
Boleh dibilang latar belakang keluarga Arini biasa saja.
2/3
Biarpun tidak ada Delvin, kesempatan itu juga tidak akan menjadi miliknya.
Arini menatap lawan bicaranya sambil mencibir.
“Ardika. sepertinya aku harus berterima kasih padamu. Ada orang yang mencariku dan memberitahuku kamu berhubungan baik dengan Delvin. Selama aku
melaporkannya berbuat curang dan membuatnya dikeluarkan dari sekolah, maka aku akan mendapatkan kesempatan itu….”
Dalam sekejap, amarah langsung menyelimuti hati Ardika.
Delvin kecelakaan karena dirinya, dituduh berbuat curang sampai dikeluarkan dari
sekolah juga karena dirinya.
Dua kejadian besar yang menimpa sahabatnya yang sudah meninggal itu ada hubungannya dengan dirinya!
Setelah mendengar ucapan Arini, dia sudah bisa menebak siapa dalang di balik kejadian Delvin dikeluarkan dari sekolah.
Dia berkata tanpa ekspresi, “Anggota Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi yang menyuruhmu untuk melaporkan Delvin?”
“Ya, Tuan Muda Rocky dari Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi yang memintaku untuk melakukannya. Waktu itu, dia adalah sosok terpopuler di sekolah. Setiap hari, ada banyak gadis yang mengerumuninya.”