Bab 135
Bab 135 Budi, Apa Kamu Sudah Menyadari Kesalahanmu
Dua ribu orang di tempat itu langsung terdiam.
Namun, dalam suasana hening itu, mereka bisa mendengar suara jantung mereka
yang berdetak dengan kencang!
Banyak di antara mereka yang tiba–tiba kesulitan bernapas!
Namun, lebih banyak di antara mereka yang bahkan hampir lupa bernapas.
Bagaikan petir di siang bolong!
Hal ini sungguh mengejutkan dan sulit dipercaya!
Perasaan mereka saat ini sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata–kata.
Seorang putra yang sudah dicampakkan oleh Keluarga Mahasura dari ibu kota
provinsi, menantu Keluarga Basagita, idiot yang sudah dikurung di rumah sakit jiwa selama lima tahun, sosok pecundang yang dianggap remeh oleh semua orang ini
ternyata adalah komandan misi kali ini!
Seorang wali kota, dua brigadir jenderal dan seorang ketua kantor polisi kota,
mereka semua mendengar perintahnya!
Di bawah tatapan semua orang, Ardika yang dari tadi hanya duduk manis di tempat
duduknya akhirnya bangkit dari tempat duduknya dengan perlahan.
Dia mengalihkan pandangannya ke arah Budi yang tampak muram, lalu berkata
dengan santai, “Budi, menghadapi situasi seperti ini, bagaimana perasaanmu?”
Sebelumnya, Budi melontarkan pertanyaan yang sama padanya dengan arogan.
Sekarang, Ardika melontarkan pertanyaan itu kembali padanya.
Saat ini, ekspresi Budi tampak aneh, wajahnya sedikit memerah, pembuluh darah di
keningnya menonjol dan jakunnya tampak bergulir dengan cepat.
Sepasang matanya tampak memerah, seolah–olah memendam amarah yang
membara.
1/4
+15 BONUS
Dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi, darah langsung muncrat dari dalam
mulutnya.
Tubuh pria paruh baya itu tampak terhuyung–huyung, bagaikan lilin yang sudah
hampir padam tertiup angin.
Dia buru–buru mengulurkan tangannya untuk mencengkeram podium di atas panggung, baru bisa memaksakan diri untuk berdiri dengan stabil.
“Kenapa bisa kamu orangnya?! Ardika, bagaimana mungkin kamu adalah komandan misi kali ini?! Aku nggak percaya! Aku nggak percaya….”
Budi mulai berteriak seperti orang gila. Darah yang menetes dari dagunya ke kerah
bajunya membuatnya terlihat seperti hantu.
Dia sudah bersusah payah untuk membangun kembali Asosiasi Bahan Bangunan
dengan tujuan untuk membantu Keluarga Mahasura menghancurkan Grup Sentosa
Jaya dan menelan aset puluhan triliun milik Grup Sentosa Jaya.
Selain itu, dia juga bertujuan untuk membangkitkan Keluarga Susanto dan
menjadikan keluarganya sebagai keluarga kaya yang menduduki posisi puncak.
Sejak awal, dia selalu memandang rendah Ardika.
Dia beranggapan bahwa pemuda itu hanyalah tokoh tidak penting yang dapat disingkirkan dengan mudah, bahkan boleh dibilang pemuda itu sama sekali bukan
penghalang baginya untuk merealisasikan semua rencananya.
Dia tidak percaya dirinya bisa kalah dari tokoh tidak penting seperti itu.
Namun, baik percaya maupun tidak, tindakan Ridwan dan tiga orang lainnya sudah Belongs © to NôvelDrama.Org.
membuktikan segalanya.
Tokoh tidak penting yang selalu dia anggap remeh itulah
remeh itulah yang telah
menghancurkan semua rencananya dalam kurun waktu yang singkat.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, Asosiasi Bahan Bangunan yang baru saja
dibangun kembali ini sudah dihancurkan oleh Ardika.
2/4
$15 BONUS
“Ah, nggak mungkin. Semua ini nggak nyata, semua ini nggak nyata…
Tiba–tiba, Jenny berteriak dengan histeris seperti orang gila. Ekspresi putus asa terpampang jelas di wajahnya.
Dia adalah sekretaris umum Asosiasi Bahan Bangunan.
Tidak lama lagi dia akan melahirkan anak untuk Tony dan menjadi anggota
Keluarga Susanto.
Namun, sekarang semua impian indahnya sudah dihancurkan oleh Ardika!
Ternyata aku adalah badut yang sesungguhnya!”
Saat ini, saking ketakutan, Arini yang berdiri di barisan depan Ardika juga hampir
pingsan.
Baru saja, dia masih meremehkan Ardika dan mengatai Ardika adalah seorang
badut.
Namun, hanya dalam sekejap mata, Ardika sudah berubah menjadi sosok komandan
yang terhormat.
Pria itu adalah komandan yang memegang wewenang besar, dia mampu menggerakkan prajurit ketentaraan dan anggota kepolisian!
Pria itu bukan sembarang orang yang bisa diprovokasi dan disinggung olehnya!
Saking ketakutan, wajah James, Delvin, Jimmy, Yudis dan beberapa orang lainnya
juga memucat.
Saat duduk di bangku sekolah, mereka selalu menindas Ardika sesuka hati mereka.
Kini, mereka sudah menduduki posisi sebagai sekretaris Asosiasi Bahan Bangunan dan beranggapan bahwa diri mereka sendiri sudah menduduki posisi puncak.
Mereka menjadi makin meremehkan Ardika, bahkan terus mengolok–olok teman
sekelas mereka dulu itu.
Namun, sekarang Ardika langsung menghancurkan Asosiasi Bahan Bangunan dengan mudah.
+15 BONUS
Saat inilah, mereka baru ingat sebelumnya Ardika mengatakan bahwa setelah hari ini berlalu, maka Asosiasi Bahan Bangunan sudah hancur.
Kala itu mereka masih mencibirnya dan mengejeknya.
Siapa sangka, keadaan berbalik dengan cepat.
Dua orang lainnya juga terkejut dan tercengang.
Tepat pada saat semua orang masih tercengang, Ardika melangkahkan kakinya
selangkah demi selangkah menuju ke panggung, lalu berjalan ke hadapan Budi.
Ridwan dan ketiga orang lainnya setia mengikuti dari belakang.
Sementara itu, tiga ratus prajurit Pasukan Khusus Serigala mengarahkan senjata
mereka ke arah panggung. Siapa pun yang berani melakukan tindakan yang
membahayakan Ardika, akan langsung mereka tembak di tempat.
Terutama Budi, hanya bagian kepalanya saja dibidik oleh lebih dari sepuluh titik
berwarna merah.
Melihat Budi yang sudah terlihat seperti mayat hidup di hadapannya, Ardika kembali tertawa tersenyum dan berkata, “Budi, apa kamu sudah menyadari
kesalahanmu?!”
Tadi, Budi juga melontarkan pertanyaan yang sama padanya.
Tidak mampu menahan tekanan sebesar itu lagi, Budi langsung berlutut di hadapan
Ardika.