Menantu Pahlawan Negara

Bab 181



Bab 181 Berlutut dan Meniru Suara Anjing Menggonggong

Ardika tidak terburu-buru pergi.

Walaupun Aldi masih sangat muda, tetapi hatinya sudah sangat busuk.

Kalau hari ini Ardika tidak memberi pelajaran pada bocah itu, dia pasti akan

menindas Handoko.

Suasana di dalam ruang pribadi sangat hening sampai-sampai terkesan

menakutkan.

Hanya terdengar suara aliran napas penuh amarah Aldi.

Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk Ardika, lalu berkata dengan nada mengancam, “Karena kamu sudah menamparku, kamu nggak akan bisa keluar dari

tempat ini dengan mudah!”

Pertemuan teman sekelas yang seharusnya menyenangkan, malah berubah menjadi

seperti ini..Original content from NôvelDrama.Org.

Dalam sekejap, baik pria maupun wanita di dalam ruangan itu langsung memasang

ekspresi tidak senang.

“Handoko, cepat suruh kakak iparmu minta maaf pada Aldi. Ayah Aldi adalah manajer umum Hotel Puritama. Dengan kondisi keluarga kalian saat ini, kalian sama sekali nggak bisa memprovokasinya!”

Semua teman-taman Handoko tahu kondisi keluarga Handoko tidak baik.

Jadi, walaupun mereka tahu Aldi yang mencari masalah terlebih dahulu, mereka tetap meminta Handoko dan Ardika yang meminta maaf pada Aldi.

“Atas dasar apa kakak iparku harus meminta maaf padanya? Jelas-jelas Aldi yang mencari masalah terlebih dahulu, semua ini salahnya!”

Tidak bersedia tunduk begitu saja, Handoko berkata, “Lagi pula, apa hebatnya manajer umum Hotel Puritama? Kalau dibandingkan dengan kakak iparku, ayah Aldi sama sekali bukan apa-apa. Bahkan, keluarga kaya kelas satu saja takut pada

kakak iparku!”

“Keluarga kaya kelas satu takut pada kakak iparmu? Cih, kamu pikir kamu bisa

membohongi siapa?”

“Handoko, sekarang aku sudah mengerti. Kakak iparmu pasti mendapatkan

kakakmu dengan cara membual, ‘kan?”

Semua orang tidak memercayai ucapan Handoko.

Saat ini, Handoko sudah sangat mengagumi kakak iparnya. Mendengar orang lain

mengatai kakak iparnya seperti itu, wajah Handoko langsung memerah. “Aku nggak

membual! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!”

Melihat ekspresi penuh percaya diri Handoko, teman-temannya tidak ingin

menebak apakah dia sedang membual atau tidak lagi.

Seorang pria berkata, “Oke, anggap saja kakak iparmu adalah tokoh hebat. Tapi, apa

mungkin dia lebih hebat dari pemilik Hotel Puritama? Pemilik hotel ini adalah

tokoh hebat yang mampu menggerakkan Pasukan Khusus Serigala dan menangkap

dua artis terkenal, bahkan memerintah mereka untuk menuliskan surat permintaan.

maaf dengan tangan sendiri, lalu mengunggahnya di Instagram!”

“Benar, pemilik Hotel Puritama adalah atasan sebuah pasukan khusus. Berani sekali

kakak iparmu memukul putra bawahannya, kalian sudah pasti akan mati!”

Ekspresi Handoko langsung berubah drastis.

Walaupun kakak iparnya mampu menundukkan keluarga kaya kelas satu, tetapi

kakak iparnya belum tentu bisa menghadapi tokoh hebat pasukan khusus.

Dia melemparkan sorot mata rumit ke arah Ardika. Tiba-tiba, dia berdiri sambil

menggertakkan giginya.

“Aldi, aku akan mewakili kakak iparku meminta maaf padamu!”

Aldi mendengus kesal, lalu berkata dengan ekspresi arogan, “Karena kakak iparmu

sudah menamparku, meminta maaf saja nggak cukup. Tapi, kalau kamu berlutut dan meniru suara gonggongan anjing, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk

memaafkan kakak iparmu!”

Dia ingin mempermalukan Handoko.

“Aldi, jangan keterlaluan!”

Handoko mengepalkan tangannya dengan erat dan memelototi Aldi dengan marah.

Setelah mengalami kejadian di Kelab Gloris kemarin, nyalinya sudah jauh lebih

besar.

Dia tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu.

“Memang kenapa kalau aku keterlaluan?!”

Aldi berjalan menghampiri Handoko dan berkata dengan ekspresi arogan, “Ayahku

adalah manajer umum Hotel Puritama, sedangkan atasan ayahku adalah tokoh

hebat pasukan khusus. Bahkan, kalau berkunjung ke Hotel Puritama, Jinto dan

Romi, dua kepala preman yang sebelumnya selalu bersikap arogan itu selalu

mematuhi peraturan di sini.”

“Selama aku menelepon dan mengatakan ada orang yang membuat keributan di

Hotel Puritama, kakak iparmu sudah pasti akan mati!”

Saking ketakutannya, Handoko melangkah mundur dua langkah, wajahnya juga

berubah menjadi pucat pasi.

“Oke, aku nggak masalah meniru suara anjing menggonggong. Tapi, Aldi, aku melakukannya bukan takut padamu. Aku hanya nggak ingin terjadi sesuatu pada

kakak iparku!” kata Aldi dengan tergagap.

Mendengar ucapan adik iparnya, Ardika merasa ucapan itu sangat konyol. Dia

segera mengulurkan tangannya dan menarik Handoko ke sisinya.

“Handoko, biarkan saja dia menelepon,” kata Ardika dengan acuh tak acuh.

“Handoko, kakak iparmu ini lebih kekanak-kanakan lagi dibandingkan kamu. Apa

susahnya meminta maaf dán meniru suara anjing menggonggong? Bukankah jauh.

lebih baik daripada memprovokasi seorang tokoh hebat?”

“Benar-benar belum tahu betapa kejamnya dunia dan betapa menakutkannya

kekuasaan.”

Baik pria maupun wanita di dalam ruangan itu menatap Ardika dengan tatapan seolah melihat mavat

ד

Walaupun usia mereka masih sangat muda, tetapi mereka merasa mereka sudah dewasa dan sudah memahami aturan main dunia ini.

“Benar-benar cari mati!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.