Menantu Pahlawan Negara

Bab 182



Bab 182 Sekelompok Tokoh Hebat

Aldi tertawa dingin sambil mengeluarkan ponselnya.

Begitu bersiap untuk menelepon, tiba-tiba pintu ruang pribadi terbuka.

“Ayah, ada orang yang memukulku!”

Begitu melihat orang yang muncul di balik pintu, ekspresi senang langsung terpampang nyata di wajah Aldi.

Orang ini tidak lain adalah manajer umum Hotel Puritama, Hendy Lumino.

Begitu mendengar ucapan putranya, amarah Hendy langsung memuncak. “Siapa?!

Siapa orang yang berani membuat keributan di Hotel Puritama?!”

Belakangan ini, tidak perlu diragukan lagi, dia yang menduduki posisi manajer

umum hotel ini sangat tenang tanpa gangguan apa pun.

Sejak bosnya menggerakkan Pasukan Khusus Serigala untuk memblokade hotel dan

menangkap dua artis terkenal, tidak ada seorang pun yang berani membuat keributan di Hotel Puritama lagi.

Baik tokoh hebat dari dunia pemerintahan maupun dunia preman selalu mematuhi peraturan saat berkunjung ke sini.

Sekarang tiba-tiba ada orang yang berani membuat keributan di sini, bahkan main

tangan.

Selain itu, keributan terjadi di ruang pribadi tempat penyelenggaraan pertemuan

teman-teman putranya.

Dia tahu adik ipar bosnya adalah teman sekelas putranya. Dia juga tahu bosnya. berada di dalam ruang pribadi ini.

Ternyata ada orang yang berani membuat keributan dan main tangan di bawah

pengawasan bosnya!

Saat ini amarah Hendy sedang memuncak.

“Aku yang melakukannya.”

Tiba-tiba, suara familier dan acuh tak acuh seseorang terdengar dari sudut ruangan.

Hendy mengerutkan keningnya.

Kemudian, dia bergegas berjalan ke sumber suara. Begitu melihat dengan jelas wajah pria yang berada di hadapannya ini, sekujur tubuhnya langsung gemetaran.

Tu… Tuan Ardika!”

Hendy langsung membungkuk memberi hormat dan buru-buru menyeka bulir-bulir keringat dingin yang membasahi keningnya.

Untung saja otaknya berputar dengan cepat. Dia buru-buru berkata, “Tuan Ardika, aku kebetulan datang ke sini karena ada hal yang perlu aku laporkan pada Tuan. Lalu, aku dengar ada orang yang berani main tangan di bawah pengawasan Tuan. Karena itulah, untuk sesaat aku nggak bisa mengendalikan emosiku. Aku nggak menyangka Tuan yang melakukannya. Tuan, silakan lanjutkan saja!”

Di dalam ruang pribadi itu semua orang langsung menatap Ardika dengan tatapan terkejut.

Manajer umum Hotel Puritama sangat menghormatinya! Apa mereka tidak salah

lihat?

Aldi masih tercengang dan belum bisa mencerna pemandangan di hadapannya ini.

Dia berkata dengan marah, “Ayah, apa maksud Ayah? Apa maksud Ayah membiarkannya memukulku sesuka hatinya? Aku putra Ayah, ‘kan?!”

“Dasar anak sialan! Kamu memang pantas dipukul oleh Tuan Ardika!”

Hendy memelototi Aldi dengan marah.

Biasanya putranya selalu bertindak semena-mena dan membuatnya sakit kepala.

Dia tahu hari ini Ardika menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh putranya, dia berasumsi mungkin putranya hanya membuat Ardika kesal saja.

Adapun mengenai tamparan yang dilayangkan oleh Ardika pada putranya, dia menganggapnya bukan apa-apa.

Begitu mendengar ucapan Hendy, teman-teman putranya sangat terkejut.

Siapa pria itu sebenarnya?!

Bukan hanya tidak mempermasalahkan putranya dipukul, Hendy bahkan

mempersilakan pria itu untuk melanjutkannya!

Tepat pada saat ini, tiba-tiba ada beberapa orang yang memasuki ruangan.

“Kepala Preman Jinto!”

“Kepala Preman Romi!”

“Direktur Departemen Perhubungan, Hans Lotoka!”

“Presdir Grup Mega Prima, Lionel.”

“Kepala Keluarga Rahardi, Nando Rahardi.”

Aldi mengenal tokoh-tokoh hebat ini.

Dia tahu sejak berita tentang pemilik Hotel Puritama adalah seorang tokoh hebat,

para tokoh hebat ini sering berkumpul dan makan bersama di Hotel Puritama.

“Tuan Ardika, kami datang makan bersama di sini. Kami dengar Tuan juga berada di

sini, jadi kami sengaja datang berkunjung. Kami nggak mengganggu Tuan, ‘kan?”

Jinto dan Romi paling kenal dengan Ardika, jadi mereka segera menghampiri pria

itu.

Tokoh-tokoh hebat yang berada di belakang mereka juga bergegas mengerumuni

Ardika dan menyapanya dengan sopan.

Kalau dilihat dari ekspresi dan gerak-gerik orang-orang ini, mereka seolah ingin

memanfaatkan kesempatan ini agar Ardika mengenal mereka.

Melihat pemandangan itu, Aldi merasa pandangannya langsung kabar dan terduduk

di lantai dengan ketakutan. Dia menatap Hendy dengan ekspresi pucat pasi dan

berkata, “Ayah, Tuan Ardika itu sebenarnya siapa?!”

Melihat ekspresi ketakutan putranya, Hendy merasa ada yang aneh.

Dia berteriak dengan marah, “Dasar anak sialan! Sebenarnya kamu sudah menyinggung Tuan Ardika seperti apa?!”

“Aku… aku

Saking ketakutannya, Aldi sudah tidak bisa berkata-kata.

Ardika berkata dengan acuh tak acuh, “Ah, karena Pak Hendy bekerja untuk bos

Hotel Puritama, dia mengusirku keluar dari sini seperti anjing. Selain itu, dia juga meminta adik iparku untuk berlutut meminta maaf padanya dan meniru suara

anjing menggonggong.”

Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya jiwa Hendy seolah-olah sudah meninggalkan tubuhnya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung menerjang, lalu menghajar sambil memarahi putranya..

“Dasar anak sialan! Aku saja nggak berani memanfaatkan nama Tuan Ardika untuk

bertindak semena-mena! Kamu benar-benar sudah hebat, ya! Tuan Ardika adalah

pemilik Hotel Puritama!”

Begitu mendengar ucapan ayahnya, kepala Aldi seolah berdengung. Dia hanya bisa

duduk tertegun di sana, membiarkan Hendy melayangkan tamparan ke wajahnya.

“Aku nggak salah dengar, ‘kan? Ternyata kakak ipar Handoko adalah bos Hotel

Puritama?!”

“Dia adalah orang yang menggerakkan pasukan khusus dan menyuruh Adrian dan

Derick untuk mengunggah surat permintaan maaf!”

“Astaga! Pria semuda ini sudah menduduki posisi setinggi itu! Seberapa besar

kontribusinya?”

Saat ini, teman-teman Handoko menatap Ardika dengan tatapan kagum, bahkan

kekaguman dalam sorot mata mereka ratusan kali lipat melebihi kekaguman saat

mereka sedang melihat artis terkenal.

“Sudah kubilang kakak iparku adalah tokoh hebat, sekarang kalian sudah percaya,

kan?”

Ekspresi bangga tampak jelas di wajah Handoko.

Saat ini, Hendy berjalan ke hadapan Ardika dengan ketakutan, lalu membungkuk dan berkata dengan penuh hormat, “Tuan Ardika, aku nggak mengajari putraku dengan baik. Semua ini salahku, aku bersedia menerima hukuman apa pun!”

Ardika tahu selama ini Hendy melakukan pekerjaannya dengan baik dan tidak memanfaatkan namanya untuk menindas orang lain.

Dia melambaikan tangannya dan berkata, “Sudahlah, kamu nggak perlu dihukum. Suruh putramu meniru suara anjing menggonggong, lalu pergi dari sini.”Nôvel(D)ra/ma.Org exclusive © material.

Terima kasih Tuan Ardika, terima kasih Tuan Ardika!”

Hendy sangat bersyukur. Awalnya dia mengira dia dan putranya akan menerima hukuman yang berat. Dia menyeka keringat dingin yang bercucuran di keringatnya,

lalu menoleh dan memelototi Aldi.

“Apa lagi yang kamu lakukan? Cepat tiru suara anjing menggonggong!”

Setelah meniru suara anjing menggonggong beberapa kali, Aldi meninggalkan Hotel

Puritama dengan sedih.

“Semuanya, bubarlah.”

Ardika melambaikan tangannya kepada Jinto dan lainnya.

Setelah mendengar instruksi Ardika, mereka langsung meninggalkan ruangan itu.

“Hendy, tadi kamu bilang ada yang mau kamu laporkan padaku?”

Ardika juga bangkit dan keluar dari ruangan.

BIG SALE: 1250 BONUS FREE FOR YOU!

GET


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.