Menantu Pahlawan Negara

Bab 183



Bab 183 Aku yang Menemani Kalian Minum

Di dalam ruang pribadi, Handoko langsung menjadi pusat perhatian semua orang.

Mereka semua mengerumuni Handoko untuk mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan Ardika.

Saat ini, Fio juga menghampiri Handoko dan menatapnya dengan lekat, lalu berkata dengan lembut, “Handoko, aku pikir kamu jauh lebih dewasa dibandingkan Aldi.

Aku sudah memutuskan untuk putus dengan Aldi….”

“Fio, apa hubungannya kamu putus dengan Aldi denganku? Katakan saja padanya.”

Handoko adalah seorang pemuda yang polos. Dia menatap Fio dengan tatapan heran, sama sekali tidak memahami maksud wanita itu.

Di bawah tatapan aneh teman-teman mereka, Fio berlari keluar ruangan dengan ekspresi malu.All content is property © NôvelDrama.Org.

Sementara itu, Hendy mengikuti langkah kaki Ardika dari belakang.

Begitu keluar dari ruang pribadi, dia berkata, “Tuan Ardika, tadi Nona Luna juga datang makan di sini, mengundang Kresna Tanaka, Kepala Bank Banyuli dan beberapa orang lainnya. Aku lihat tatapan Kresna dan beberapa orang itu terhadap Nona Luna sangat aneh, seolah-olah berniat buruk padanya.”

Hendy sendiri sudah berkecimpung dalam bidang perhotelan selama bertahun- tahun, dia sudah ahli dalam membaca ekspresi dan gerak-gerik orang lain.

Begitu memasuki hotel, dia mendapati Kresna, Kepala Bank Banyuli dan beberapa orang lainnya menatap punggung Luna dengan tatapan mesum.

Karena itulah, dia segera datang ke ruang pribadi untuk melaporkan hal ini pada

Ardika.

Mendengar laporan itu, ekspresi Ardika langsung berubah menjadi muram. “Mereka

makan di ruang pribadi yang mana?”

“Ruang pribadi 888 di lantai atas,” kata Hendy dengan terburu-buru.

SANOE SI

Begitu mendongak, dia mendapati sosok Ardika sudah menghilang dari hadapannya.

Ruang pribadi 888.

“Pak Kresna, sesuai permintaan Bapak, aku sudah minum sangat banyak. Apa sekarang Bapak sudah bisa menyetujui pinjaman Grup Agung Makmur?” kata Luna yang sudah dalam kondisi mabuk sambil menatap beberapa petinggi Bank Banyuli

di hadapannya itu.

Wanita yang duduk di sampingnya juga sudah dalam kondisi mabuk. Wanita itu tidak lain adalah temannya saat mereka menempuh pendidikan sekolah tinggi,

bernama Claudia.

Dia juga merupakan seorang staf Bank Banyuli.

Luna meminta bantuannya untuk membuat janjian dengan Kresna dan yang lainnya. Kalau dia berhasil mendapat pinjaman dari bank, dia akan memberikan imbalan yang setimpal kepada Claudia. T

Awalnya, dia membicarakan tentang pinjaman di kantor pusat Bank Banyuli,

Namun, setelah membicarakan hal ini hingga menjelang siang hari, Kresna menyarankan untuk makan siang bersama terlebih dahulu baru melanjutkan pembicaraan tentang pinjaman lagi.

Karena ditemani oleh Claudia, Luna menerima ajakan makan siang bersama itu dengan senang hati. Dia juga berinisiatif mentraktir mereka makan.

Saat sampai di hotel ini, Kresna dan beberapa orang lainnya mengatakan dengan nada bercanda bahwa Bank Banyuli ada sebuah peraturan. Kalau daya minum seseorang sudah mendapat pengakuan dari mereka, masalah pinjaman baru bisa dibicarakan dan kemungkinan besar akan mereka setujui.

Luna tidak ahli dalam meminum minuman keras, tetapi sekarang semuanya sudah mencapai tahap terakhir. Hanya satu langkah lagi dia sudah bisa mendapatkan pinjaman sebesar 400 miliar dan menyelesaikan masalah mendesak Grup Agung Makmur. Karena itulah, dia tidak punya pilihan lain selain memenuhi permintaan

mereka.

Untung saja Kresna tidak menindasnya.

Selain dua orang karyawan yang mendampingi Luna, Claudia juga terbagi dalam kelompoknya. Kemudian, kedua belah pihak mulai minum hingga belasan putaran.

Luna, Claudia dan yang lainnya sudah mabuk berat, sedangkan Kresna dan yang lainnya malah makin bersemangat.

Luna sendiri juga merasa dirinya sudah tidak tahan lagi. Paling banyak dia hanya

bisa meminum dua atau tiga gelas lagi sebelum kehilangan kesadarannya. Pada

akhirnya, dia tidak bisa menahan diri lagi dan menanyakan hal yang sudah

memenuhi benaknya ini.

“Ya, Pak Kresna. Tadi Bapak sendiri sudah berjanji, nggak boleh mengingkari janji,

ya.”

Claudia yang wajahnya sudah memerah juga membantu Lund bicara.

Kali ini keuntungan yang dijanjikan oleh Luna padanya tidaklah sedikit.

Sementara itu, melihat wajah cantik dua orang wanita yang sudah mabuk berat itu,

sorot mata mesum di mata beberapa orang pria yang duduk berhadapan dengan

mereka terlihat makin jelas.

“Bu Luna, kamu minum belum seberapa? Kami nggak bisa semudah itu menyetujui

pinjaman untukmu. Ayo, lanjutkan minum lagi,” kata Kresna sambil tersenyum.

Dia adalah seorang pria yang selalu berhati-hati dalam bertindak. Setelah Luna

mabuk total, dia baru menggunakan identitas diri wanita itu, lalu memesan kamar di

hotel ini dan menidurinya.

Saat itu tiba, kalau sampai terjadi sesuatu, dia akan mengatakan semua itu.

keinginan Luna sendiri.

Sementara itu, Claudia sudah diincar oleh dua orang bawahannya.

Hari ini dua wanita cantik itu tidak akan terlepas dari genggaman mereka.

“Tapi, Pak Kresna, aku benar-benar nggak sanggup minum lagi. Aku akan meminum segelas terakhir sebagai bentuk penghormatanku pada Bapak.”

Luna berusaha menopang tubuhnya yang sudah terhuyung-huyung dan berdiri.

Walaupun seulas senyum tetap tersungging di wajah Kresna, tetapi ekspresinya sangat dingin. Dia berkata, “Oh, nggak bisa seperti itu. Kalau Grup Agung Makmur nggak berhasil mengalahkan kami, pihak Bank Banyuli, aku nggak akan menyetujui pinjaman ini.”

Luna menggertakkan giginya dan berencana keluar untuk mencuci mukanya, lalu

kembali dan minum lagi.

Pinjaman sebesar 400 miliar! Dia tidak akan menyerah!

Pada saat ini, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan.

“Pak Kresna, bagaimana kalau aku yang menemani kalian minum?”

+


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.