Menantu Pahlawan Negara

Bab 184



Bab 184 Tidak Mungkin Meminjamkan Uang

“Siapa kamu? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!”

Melihat ada seorang tamu tak diundang yang tiba-tiba masuk, Kresna berkata

dengan dingin, “Keluar sekarang juga!”

“Kenapa Ardika datang ke sini?”

Begitu melihat Ardika, Luna juga agak terkejut.

“Pak Kresna, ini adalah suamiku, Ardika. Sebelumnya karena ada janjian minum- minum dengan kalian, aku memintanya untuk datang menjemputku.”

Luna buru-buru mengarang sebuah alasan untuk memberikan penjelasan kepada

Kresna dan yang lainnya.

Ardika berkata, “Pak Kresna, daya minum istriku sudah mencapai batas.

maksimalnya, biarkan aku saja yang menemanimu minum.”

Kilatan tajam melintas di mata Kresna.

Dia sudah bersusah payah untuk membuat Luna mabuk, sekarang seorang tamu tak

diundang malah tiba-tiba datang.

Pria itu bahkan adalah suami Luna.

Dia tidak bisa mengusir Ardika pergi begitu saja. Kalau tidak, motif terselubungnya

akan terekspos.

Saat ini, salah satu bawahannya berbisik di telinganya, “Pak Kresna, kita temani dia minum saja. Kita beberapa orang lawan dia satu orang. Lagi pula, kita sudah memakan pil penyadar alkohol. Kita nggak perlu takut padanya. Saat itu tiba, kita bawa juga dia ke kamar. Nggak peduli apa pun yang Bapak lakukan pada Luna,

nggak ada seorang pun yang akan tahu.”

‘Ide yang bagus!’

Kresna langsung menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ardika, ya? Kalau begitu, kamu yang menemani kami minum. Tapi, kamu harus ingat. Selama kamu nggak

bisa mengalahkan kami, aku nggak akan menyetujui pinjaman 400 miliar Grup

Agung Makmur!”

“Oke.”

Ardika menyunggingkan seulas senyum. Kemudian, dia membuka dua botol

minuman keras dan menuangkannya ke dalam sebuah baskom besar, lalu

mengangkat baskom itu mendekati bibirnya..

“Berhubung sebelumnya Pak Kresna dan lainnya sudah minum, aku nggak akan

curang. Aku akan meminum satu baskom ini hingga habis terlebih dahulu.”

Selesai berbicara, dia langsung meneguk satu baskom minuman keras itu seolah sedang meminum air.

Menyaksikan pemandangan itu, Kresna dan beberapa orang lainnya langsung tercengang-

‘Hah, dasar idiot! Apa ada orang yang meminum seperti itu?’

Luna buru-buru menarik lengan suaminya dan berkata, “Ardika, jangan minum

seperti ini! Berbahaya untuk tubuhmu!”

“Gluk gluk….

Ardika tetap meneguk satu baskom minuman keras itu hingga habis tak bersisa. Kemudian, dia meletakkan baskom dan berkata sambil tersenyum, “Sayang, apa aku

hebat?”

Luna menatap suaminya, dia tidak tahu harus berkata apa.

Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Kresna dan yang lainnya, lalu berkata,

Pak Kresna, bagaimana kalau kita mulai minum sekarang?”

Menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri Ardika baru meneguk satu

baskom minuman keras, Kresna dan yang lainnya agak terkejut.

Namun, setelah berpikir sejenak, mereka beranggapan Ardika sengaja

menggunakan cara seperti itu untuk menakuti mereka agar mereka segera mengaku

kalah.

‘Mungkin saja sekarang lambung bocah itu sudah terasa panas. Biarpun daya

minum bocah itu sangat bagus dan bisa meminum satu baskom minuman keras seperti itu, tapi kami bertiga. Selain itu, kami sudah meminum pil penyadar alkohol. Aku yakin kami pasti bisa mengalahkan bocah itu!’

“Oke, ayo kita minum!”

Kresna dan dua orang lainnya menuangkan segelas penuh minuman keras terlebih dahulu, lalu meneguknya sampai habis.ConTEent bel0ngs to Nôv(e)lD/rama(.)Org .

Tanpa banyak bicara, Ardika juga menuangkan tiga gelas minuman keras untuk dirinya sendiri, lalu menuangkannya ke dalam baskom dan meneguknya sampai

habis.

“Cara minum seperti ini baru seru. Kalau gelas kecil, nggak seru.

Melihat ekspresi provokatif Ardika, Kresna dan dua orang lainnya langsung marah

besar.

“Siapa yang mengaku kalah, orang itu adalah pecundang!”

Saat berbicara, masing-masing dari mereka mengambil satu baskom, lalu. menuangkan satu botol minuman keras ke dalamnya.

Karena masing-masing dari mereka meminum satu botol sekali minum, maka Ardika harus meminum tiga botol.

Setelah beberapa putaran, ekspresi Kresna dan dua orang lainnya langsung berubah drastis.

“Sudah, sudah, kami nggak sanggup minum lagi. Aku merasa diriku sudah hampir

meledak!”

Tubuh salah satu bawahan Kresna sudah mulai terhuyung-huyung.

“Pak Kresna, ayo kita mengaku kalah saja.”

Bawahan satu lagi juga sudah terduduk lemas di atas kursi.

Sebenarnya Kresna sendiri juga sudah tidak sanggup lagi.

Saat dia melihat Ardika, dia mendapati pemuda itu masih berdiri tegak di sana tidak seperti mereka yang biarpun sudah bertopang pada kursi juga tetap tidak bisa

berdiri dengan baik.

Ardika tersenyum dan berkata, “Pak Kresna, bagaimana? Apa kamu sudah menerima kekalahanmu? Kalau begitu, sudah waktunya kamu menyetujui 400 miliar pinjaman untuk Grup Agung Makmur.”

“Pinjaman? Pinjaman apa?”

Kresna menepuk-nepuk kepalanya yang sudah terasa pusing, dia sudah tidak

menyadari apa yang dia ucapkan.

Ardika berkata dengan sorot mata dingin, “Bukankah kamu sudah berjanji selama

aku berhasil mengalahkan kalian, kamu akan menyetujui untuk meminjamkan 400

miliar kepada istriku?!”

Kresna melambaikan tangannya dengan asal dan berkata, “Oh, aku hanya

membohongi istrimu. Kami hanya ingin membuatnya dan Claudia mabuk, lalu meniduri mereka. Bank Banyuli nggak akan meminjamkan uang untuk Grup Agung

Makmur

Begitu mendengar ucapan Kresna, Luna dan Claudia langsung membuka mata

mereka dengan lebar, seolah-olah sudah tersadar kembali.

BIG SALE 1250 BONUS FREE FOR YOU!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.