Menantu Pahlawan Negara

Bab 189



Bab 189 Vila Cakrawala Dijual

© +15 BONUS

Begitu mendengar ucapan Ardika, langkah kaki para karyawan itu terhenti sejenak.

Mereka berbalik, lalu menatap dan mencibir Ardika.

Karlos, Kepala Departemen Personalia, orang pertama yang mengundurkan diri

berkata dengan nada meremehkan, “Haha, apa kamu pikir setelah menyinggung tiga

keluarga besar, Grup Agung Makmur masih punya masa depan? Kami harus segera

mencari perusahaan lain. Kalau menunggu Grup Agung Makmur hancur sepenuhnya, kami akan kesulitan untuk mencari pekerjaan. Bagaimana semuanya?

Aku kalian setuju pada pendapatku?!”

Para petinggi dan karyawan yang berencana untuk mengundurkan diri menimpali

dengan serempak, “Ya!”

“Bu Luna, jangan lupa hitung gaji dan bonus kami baik-baik, lalu transfer ke

rekening kami masing-masing. Kalau nggak, kami juga akan menuntutmu!”

Selesai berbicara, Karlos berjalan pergi dengan bangga.

Orang-orang lainnya juga ikut pergi.

Di saat-saat krisis Grup Agung Makmur, orang-orang itu meninggalkan Grup Agung

Makmur tanpa ragu, bahkan mengancam ingin menuntut Luna, benar-benar sengaja

menambah kesulitan orang saja.

Ardika tidak memedulikan orang-orang itu, melainkan menoleh ke belakang untuk

melihat orang-orang yang berdiri di sana sambil mengamati pemandangan ini

dalam diam.

Mereka adalah karyawan yang belum mengambil keputusan untuk mengundurkan

diri. Ada yang terlihat gelisah, ada pula yang terlihat ragu.

Melihat pemandangan itu, Ardika berkata dengan lantang, “Bagi kalian yang nggak

meninggalkan Grup Agung Makmur di saat seperti ini, gaji kalian akan dinaikkan

tiga kali lipat, bonus kalian juga akan dinaikkan dua kali lipat. Oke, aku sudah

selesai bicara. Mau pergi atau tetap tinggal, kalian putuskan saja sendiri!”

Luna mengerutkan keningnya.

‘Apa ada gunanya Ardika mengucapkan kata-kata itu di saat seperti ini?”

Para karyawan itu juga tidak bereaksi setelah mendengar ucapan Ardika.Content rights by NôvelDr//ama.Org.

Sebagian orang memutuskan untuk mengundurkan diri, sedangkan sebagian lainnya tetap tinggal karena tidak ingin menyakiti perasaan Luna di saat seperti ini.

Luna adalah seorang pemimpin yang gigih dan selalu memperlakukan karyawannya dengan baik.

Oleh karena itu, walaupun Grup Agung Makmur sudah pasti akan hancur, mereka

berencana untuk menemani Luna sampai detik terakhir.

“Terima kasih semuanya. Aku akan berusaha keras mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini dan tidak akan menyerah sampai akhir!”

Melihat para karyawan yang bersedia menemaninya sampai detik-detik terakhir, Luna membungkuk di hadapan mereka dengan mata memerah. Kemudian, dia

berbalik dan meninggalkan Grup Agung Makmur bersama Ardika.

Begitu memasuki Vila Cakrawala, mereka melihat beberapa orang yang

mengenakan setelan jas sedang berdiri dengan arogan di sana,

Sementara itu, Desi dan Handoko sedang mondar-mandir memindahkan koper dan barang-barang keluarga mereka keluar dari dalam vila.

Jacky yang duduk di kursi roda hanya bisa menyaksikan pemandangan itu dengan.

tidak berdaya.

Luna buru-buru menghampiri ayahnya dan bertanya, “Ayah, apa yang sedang Ibu dan Handoko lakukan? Kenapa mereka memindahkan barang-barang kita keluar?”

Jacky menghela napas dan berkata, “Tentu aja kita akan pindah kembali ke rumah lama kita. Tempat tinggal mewah seperti ini memang nggak diperuntukkan untuk

kita.”

“Pindah? Kenapa harus pindah?”

Luna tercengang.

Tepat pada saat ini, beberapa orang yang mengenakan setelan jas menghampirinya.

Seorang pria paruh baya gemuk yang memimpin kelompok itu berkata dengan ekspresi arogan, “Namaku Helmi Hitora, presdir Grup Kejora sekaligus adik dari

Diego, presdir Bank Banyuli. Baru saja, Keluarga Basagita sudah menjual Vila Cakrawala kepada kami. Aku datang membawa staf bank dan staf pengadilan untuk

mengambil alih rumah ini.”

“Vila Cakrawala adalah milik keluarga kami. Atas dasar apa orang lain menjualnya?!”

Amarah Luna sudah memuncak.

Helmi berkata, “Oh, aku nggak tahu. Aku hanya tahu aku sudah mengeluarkan uang untuk membelinya dan sekarang vila mewah ini sudah menjadi milikku. Vila bernilai dua triliun, dibeli dengan harga 400 miliar, benar-boñar untung besar!”

Begitu mendengar ucapan pria itu, saking kesalnya Luna merasa dirinya hampir

memuntahkan darah.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, dia langsung menelepon Tuan Besar

Basagita.

Begitu panggilan telepon terhubung, dia berkata dengan marah, “Kakek, tanpa

persetujuan dari kami, atas dasar apa kalian menjual Vila Cakrawala?!”

Pada saat bersamaan, dia juga sangat kebingungan.

Vila Cakrawala adalah milik Ardika, bagaimana Keluarga Basagita bisa menjualnya?

Di ujung telepon, Tuan Besar Basagita berkata dengan bangga, “Luna, baru saja aku sudah menunjukmu sebagai manajer umum Grup Agung Makmur dan wali hukum

Grup Agung Makmur. Selain itu, aku juga menunjuk Ardika sebagai wali hukum. beberapa perusahaan anak.

“Aku sudah menghitung kerugian dari kebangkrutan salah satu perusahaan itu. Sebagai aset di bawah namanya, tentu saja Vila Cakrawala harus dibekukan. Adapun 400 miliar itu, Pak Helmi menyerahkannya kepada kami secara pribadi dan nggak dikenakan pajak….”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.