Menantu Pahlawan Negara

Bab 628



Bab 628 Membatalkan Hak untuk Mengikuti Acara Lelang

Begitu mendengar ucapan Wulan, suasana di dalam restoran langsung heboh.

Perwakilan beberapa perusahaan juga sedang sarapan di sana.

Setelah mendengar ucapan Wulan, mereka pun berjalan menghampiri Luna dan Ardika dengan marah.

“Grup Perfe benar–benar keterlaluan! Bisa–bisanya kalian menggunakan cara curang seperti itu! Benar- benar mempermalukan dunia bisnis Kota Banyuli saja!”

“Dana bantuan sebesar dua triliun itu saja nggak jelas bagaimana cara kalian memperolehnya! Sekarang kalian malah bermain cara curang seperti ini lagi! Benar–benar nggak tahu malu!”

Perwakilan beberapa perusahaan itu melontarkan celaan pada Luna dan Ardika bersama–sama, seolah- olah menganggap mereka sebagai musuh bersama. (1)

“Aku sarankan, kita melaporkan Grup Perfe bersama–sama, agar pihak penyelenggara membatalkan hak Grup Perfe untuk berpartisipasi dalam acara lelang!”

Tentu saja, Xinzu dari Grup Jelutong yang paling ingin menjatuhkan Grup Perfe.

Samar–samar, kilatan bangga dan dingin melintas di wajahnya, seolah–olah rencana licik mereka sudah

berhasil.

“Ya, mari kita laporkan Grup Perfe bersama–sama!”

“Ya, aku juga setuju!”

Orang yang bisa mewakili perusahaan mereka untuk mengikuti acara lelang adalah orang yang cerdas.

Dalam situasi seperti ini, tentu saja mereka mendukung saran Xinzu.

Bagaimanapun juga, Grup Perfe memiliki dana sebesar dua triliun, bukanlah lawan yang bisa dianggap

remeh.

Kalau bisa menyingkirkan Grup Perfe, tentu saja mereka sangat senang.

Luna menggertakkan giginya dengan kesal.

Bagaimana mungkin dia tidak bisa membaca isi pikiran para perwakilan perusahaan itu?

Dia tidak menyangka Wulan dan Wiliam sengaja menuduh Ardika mencuri ternyata adalah untuk

mengincarnya.

1/3:

“Karena semuanya sudah setuju, sebagai manajer umum Vila Bistani, tentu saja aku harus memenuhi keinginan kalian.”

Wiliam tertawa terbahak–bahak, lalu tertawa dingin dan berkata, “Luna, bawa semua karyawan Grup Perfe dan pergi dari sini sekarang juga!”

Selesai berbicara, dia menunjuk Cynthia yang tadi membantu Luna bicara, lalu berkata, “Kamu juga pergi

sana! Mulai sekarang kamu dipecat!”

Ekspresi Cynthia berubah menjadi pucat pasi.

“Kalau membiarkan mereka pergi begitu saja, sepertinya terlalu berbesar hati pada mereka.”

Wulan menunjuk Ardika dan berkata dengan kejam, “Orang ini sudah mencuri barang, jadi harus meminta satpam untuk menghajarnya hingga babak belur! Kalau bisa, kedua tangannya dipatahkan,

agar kelak dia nggak bisa mencuri lagi!”

“Ya, benar.”

Xinzu dan beberapa orang lainnya yang kemarin ditampar oleh Ardika mendukung saran Wulan.

Mereka seolah merasa sangat senang dendam mereka terbalaskan.

Tidak hanya menghajar Ardika hingga babak belur, mereka juga bisa menyingkirkan Luna, saingan

mereka.

Ibarat sekali dayung dua pulau terlampaui!

“Lakukan sekarang,” perintah Wiliam.

“Berani–beraninya kamu mencuri barang di Vila Bistani! Kamu benar–benar çari mati!”

Beberapa orang segera mengepung Ardika dan bersiap untuk menghajar Ardika hingga babak belur. Content © NôvelDrama.Org 2024.

Tepat pada saat ini, seseorang berteriak dengan marah, “Hentikan! Apa yang sedang kalian lakukan?!”

Suara seorang wanita.

Begitu mendengar suara familier itu, jantung Wiliam langsung berdebar dengan kencang.

Kemarin, wanita itu menghubunginya. Wanita itu bernama Nikita Mahasura, orang yang mewakili bos

besar yang membeli Vila Bistani ini.

Nikita berusia tiga puluhan tahun, mengenakan setelan formal dengan rapi.

243:

Tidak terbilang cantik, tetapi auranya sangat mengintimidasi.

Hanya dengan sekali pandang saja sudah tahu bahwa wanita itu adalah wanita yang hebat.

“Halo, Bu Nikita, aku adalah Wiliam!”

Wiliam buru–buru menghampiri wanita itu dan menyapanya dengan penuh hormat.

Semua orang menatap Nikita dengan tatapan sedikit penasaran.

Mereka berasumsi bahwa seharusnya wanita itu adalah perwakilan dari pihak yang telah membeli Vila

Bistani.

Bisa mengeluarkan uang sebesar empat triliun untuk membeli Vila Bistani tanpa diketahui oleh siapa

pun.

Tentu saja latar belakang bos besar tersebut tidak bisa dianggap remeh.

Namun, kejadian selanjutnya membuat semua orang tercengang.

Tanpa melirik Wiliam sama sekali, Nikita berlari–lari kecil melewati pria itu.

Pada akhirnya, dia tiba di hadapan Ardika.

“Halo, Tuan Ardika, aku adalah Nikita. Sesuai instruksi dari Tuan, aku sudah mengambil alih Vila Bistani. Aku nggak menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi. Aku benar–benar minta maaf. Tuan, tolong beri aku sedikit waktu, aku pasti akan menyelesaikan masalah ini secepatnya!”

Nikita membungkukkan badannya di hadapan Ardika, nada bicaranya terdengar ketakutan.

Dalam sekejap, kebanyakan orang di restoran itu pun tersentak.

Kalau dilihat–lihat dari situasi saat ini, orang kaya raya yang membeli Vila Bistani adalah Ardika!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.