Bab 690
Bab 690 Perhatikan dan Pelajari dengan Baik
“Hm? Dia begitu gila?”
Ardika tiba–tiba tertawa dengan marah.
“Oke, aku mengerti.”
Dia mengakhiri panggilan.
Saat ini, Luna datang dengan wajah pucat.
“Ardika, aku bisa mengendalikan kakimu, tapi nggak bisa mengendalikan mulutmu, “kan!?”
Dia memelototi Ardika.
“Ada apa, Luna?”
Desi langsung bertanya.
“Dia benar–benar menyuruh Yoga untuk menyampaikan pesan, berpura–pura menjadi Dewa Perang dan sekarang Sam memintanya untuk berlutut di depannya sebelum makan malam!”
Luna berkata dengan tidak berdaya.
“Ardika, mau cari mati, ya? Meskipun ingin menyelamatkan Pak Farlin, kamu nggak perlu berpura– pura menjadi Dewa Perang. Sepertinya kamu belum cukup menerima pelajaran!”
Desi mencubit telinga Ardika dengan keras.
“Kak, aku benar–benar tercengang. Bagaimana kamu bisa tahan dengan menantu yang aneh ini?”
Amanda juga tidak menyangka Ardika begitu ahli dalam mencari mati bagi dirinya sendiri.
“Katakan, sekarang bagaimana? Pak Farlin sudah cukup mengkhawatirkan, tapi sekarang kamu menjadi sasaran lagi. Kami harus bagaimana supaya kamu bisa dengar!?”
Desi sangat marah dan menyikut Ardika lagi.
Ardika berkata, “Apanya yang bagaimana? Bukankah Sam memintaku pergi ke Kota Serambi? Kalau begitu, sekarang aku akan pergi dan menemuinya.”
Melihat penampilan Ardika yang santai dan tidak peduli.
Desi sangat marah.
“Apa kamu nggak sadar keseriusan masalah ini? Apa kamu kira Sam akan mengampunimu dengan mudah kalau kamu pergi ke sana?”
“Dia juga nggak memberi muka kepada Keluarga Mahasura!”
dia meminta maaf?”
Kali ini Ardika mengundang Pak Farlin untuk merawat Jacky.
Desi mulai memiliki kesan baik terhadap Ardika karena ini.
Dia masih ingat kebaikan Ardika dan tidak ingin terjadi apa–apa padanya.
“Tina bilang biarkan Ardika pergi dulu. Dia akan membantu menjadi perantara dan nggak akan membiarkan mereka menyakitinya.”
Luna memberikan kunci mobil kepada Ardika, “Sekarang pergilah ke Kota Serambi. Aku ingin pergi bersamamu, tapi Tina nggak mengizinkanku pergi.”
“Dia bilang putra Sam adalah pria mesum dan takut sesuatu akan terjadi padaku begitu aku pergi ke sana.”
“Oke, Sayang. Tunggulah aku pulang untuk makan malam.”
Akhirnya Ardika bisa keluar. Dia mengambil kunci dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata
pun.
“Masih memikirkan pulang untuk makan malam. Minta maaflah padanya dulu baru bicarakan itu nanti!‘
Desi sangat marah hingga sakit kepala.
Ardika terlalu santai.
Saat ini dia masih memikirkan untuk makan malam.
Ardika langsung pergi ke Kota Serambi dan menelepon Thomas.
“Serang!”
Setelah Thomas mendengar berita itu, dia sudah meneleponnya untuk meminta perintah.
Dia bilang akan membawa orang ke Kota Serambi dan mencabik–cabik Tuan Sam.
“Baik, Prananda dari Korps Armor Besi ke–1 sudah siap!”
Thomas yang berada di ujung lain telepon menanggapi dengan penuh semangat.
Ardika langsung tiba di Kota Serambi.
“Ardika, kenapa kamu masih nggak berubah meskipun sudah ditegur berulang kali? Aku masih khawatir tentang cara menyelamatkan Pak Farlin dan kamu membawa masalah bagiku lagi!”
Tina sedang menunggu Ardika dan memarahinya begitu melihatnya.
“Siapa yang membawa masalah bagimu? Kamulah yang menimbulkan masalah bagiku.”
Ardika berkata dengan marah, “Sam yang pincang saja nggak bisa kamu hadapi dan juga diusir olehnya.”
“Kalau kamu lebih tegas, aku nggak perlu datang ke Kota Serambi.”
Ardika merasa sudah waktunya untuk memperluas kekuasaan Tina si bangsawan cantik ini.
Sepertinya sekarang berkuasa di Kota Banyuli saja tidak cukup.
“Ardika, kamu menyalahkanku!?”
Tina sangat marah hingga hampir muntah darah. Dia tidak menyangka Ardika akan memakinya seperti ini.
“Jangan bicara omong kosong lagi. Perhatikan dan pelajari dengan baik. Lihat bagaimana aku membereskan Sam.
Saat Ardika melihat Thomas telah tiba, dia melambaikan tangannya dan terlalu malas untuk berbicara omong kosong padanya.
Di belakang, Thomas tiba bersama orang–orang dari Korps Armor Besi ke–1. Còntens bel0ngs to Nô(v)elDr/a/ma.Org
Melihat Ardika sudah berdiri di depan gerbang vila, dia menunjuk ke plang nama bertuliskan ‘ Mahasura‘ di gerbang tanpa basa–basi.
“Hancurkan dulu plang nama sialan ini!”