Menantu Pahlawan Negara

Bab 163



Bab 163 Handoko Kena Hajar 

Melia sedikit meronta, tetapi dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya dari 

cengkeraman pemuda itu. 

Seolah–olah tidak suka dengan perlakuan pemuda itu, dia berkata, “Devan, aku 

sudah tua, jangan menggodaku seperti ini lagi.” 

Devan Unima, anggota Keluarga Unima yang merupakan keluarga kaya kelas satu. 

Pemuda itu adalah adik lelaki Sharon Unima, wanita yang sudah dikejar–kejar oleh 

Wisnu selama bertahun–tahun. 

Dia juga menghadiri acara yang diselenggarakan di Vila Cakrawala sebelumnya. 

Saat ini, anggota keluarga kaya kelas satu lainnya, Felix Yendia menarik lengan 

Melia, lalu tersenyum dan berkata, “Kak Melia, jangan bercanda. Wanita seumuran 

kamu ini jauh lebih menarik dibandingkan gadis–gadis yang masih polos. 

Bagaimana kalau suatu hari nanti kamu menemani kami bermain?” 

Selesai berbicara, dia dan Devan tertawa terbahak–bahak bersama. 

Walaupun Melia adalah anggota Keluarga Lukito yang status dan kedudukannya 

lebih tinggi dibandingkan mereka, tetapi Devan dan Felix tidak takut untuk 

menggodanya. Mereka tidak takut akan tertimpa masalah karena mereka sudah 

pernah “bermain” dengan Melia. 

Dalam kalangan mereka, wanita ini terkenal paling terbuka dan berani melakukan 

apa saja. 

Jangan lihat sekarang mereka yang sedang menggoda Melia, tetapi dalam lubuk Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!

hati mereka, mereka paham bahwa di mata Melia, belum tentu siapa yang 

memainkan” siapa. 

Namun, tingkah laku kedua orang itu membuat amarah Handoko meluap. 

Dia langsung mendorong Devan dan Felix, lalu melindungi Melia di belakangnya. 

Dia menatap kedua pria itu dengan tajam dan berkata, Minggir sana! Jangan 

menindas Kak Melia!” 

1/4 

12 BONUS. 

Ardika masih duduk di sofa. Sambil mengunyah kuaci, dia memainkan permainan 

ponselnya. 

Begitu mendengar keributan, dia mendongak dan melirik mereka sejenak, lalu 

kembali menundukkan kepalanya. 

“Eh, eh, bukankah ini adalah Handoko, pemuda polos keluarga kaya kelas dua?” 

Setelah mengenali Handoko, Devan tertawa dingin dan berkata, Kami hanya bercanda dengan Kak Melia, kenapa kamu malah mengatai kami menindasnya? Lagi pula, dia bukan pacarmu, sama sekali nggak ada hubungannya denganmu!” 

“Ya, benar. Cepat pergi sana! Berani sekali pemuda polos sepertimu mencampuri urusan kami! Minta dihajar, ya?” 

Felix juga menyilangkan tangannya di depan dada dan memasang ekspresi arogan. 

Dia juga melemparkan sorot mata provokatif kepada Handoko. 

“Omong kosong! Aku bukan pemuda polos!” 

Handoko mengerang dengan ekspresi marah kepada mereka berdua, “Kalian yang 

harus pergi dari sini! Aku nggak akan membiarkan kalian menindas Kak Melia!” 

“Oh? Nggak mau menjadi pemuda polos? Kalau begitu, bagaimana kalau menjadi 

pemuda dengan wajah bengkak?” 

Devan mencibir. 

Tiba–tiba, dia mengayunkan lengannya dan melayangkan tamparan keras ke wajah 

Handoko. 

“Plak!” 

Dalam sekejap, wajah Handoko langsung memerah. 

Felix lebih kejam lagi. 

Saat Handoko masih tertegun sambil memegangi wajahnya, tiba–tiba Felix 

menendangnya sampai–sampai dia terjatuh ke lantai. 

“Dasar sialan! Berani sekali kalian memukulku!” 

2/4 

Handoke terduduk di lantai Saking kesakitan, matanya sampai memerah. Dia 

memelototi kedua pemuda di hadapannya itu 

Sementara itu, Melia yang sebelumnya sangat baik pada Handoko, saat ini hanya 

berdiri sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Dia sama sekali tidak 

berniat untuk memapah Handoko berdiri. 

Dia berpura–pura terkejut sambil diam–diam mengamati reaksi Ardika. 

Namun, Ardika tetap duduk dengan tenang di sofa sambil memainkan permainan ponselnya tanpa mendongak sama sekali, seolah–olah tidak berencana untuk membela adik iparnya. 

Sorot mata meremehkan melintas di mata Melia. 

‘Hah, menantu Keluarga Basagita ini benar–benar nggak berguna. Dasar pecundang!” 

Kemudian, dia memberikan isyarat mata kepada Devan dan Felix. 

“Memang kenapa kalau kami memukulmu? Kamu nggak lebih dari seorang pemuda polos yang nggak berguna. Sejak zaman kita sekolah dulu, kamu memang sangat nggak berguna. Dulu, setelah kami menghajarmu, kakakmu yang membantumu membalas kami. Tapi, sayang sekali sekarang Keluarga Basagita sudah jatuh. Kakakmu juga nggak akan berani membantumu memukul orang lagi.” 

Devan melangkah maju dan menatap Handoko dengan tatapan bangga. 

Felix juga tertawa dingin dan berkata, “Handoko, dulu kakakmu sangat ganas, kenapa sekarang menjadi begitu penakut bahkan menikahi suami idiot. Saat pulang nanti, coba kamu tanyakan pada kakakmu apa dia begitu haus akan sentuhan pria? Bagaimana kalau kami berdua menawarkan diri? Kami jamin bisa memuaskannya.” 

“Hahaha….” 

Kedua orang itu langsung tertawa terbahak–bahak. 

“Kalian berdua! Dasar bajingan!” 

Handoko sudah hampir gila. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Melia dan menatap wanita itu dengan sorot mata berkaca–kaca. 

3/4 

“Kak Melia, usir dua bajingan ini keluar, ya? Mereka sudah menghina dan mempermalukan kakakku!” 

COIN BUNDLE: get more froo bonus 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.