Menantu Pahlawan Negara

Bab 172



Bab 172 Kepala Keluarga Dua Keluarga Besar Berlutut

Suara teriakan penuh amarah Ardika seolah-olah bisa menghancurkan seluruh vila ini, bahkan sampai menggema ke seluruh kompleks vila.NôvelDrama.Org © 2024.

Mendengar suara yang memekakkan telinga itu, Sharon dan yang lainnya yang

berdiri tidak jauh dari Ardika merasa seolah-olah jiwa mereka sudah meninggalkan

tubuh mereka.

Mereka hanya menatap Ardika dengan tatapan kosong, mereka semua sudah

ketakutan karena teriakan penuh amarah pria itu.

Di dalam ruang tamu di dalam vila, Desta dan Kepala Keluarga Yendia, Zaki Yendia

sedang duduk berhadapan dan mendiskusikan masalah cucu mereka yang kakinya

dipatahkan oleh seorang anak Keluarga Basagita.

Tiba-tiba, suara teriakan penuh amarah yang bahkan bisa mengguncang langit dan bumi menggema ke ruang tamu sampai-sampai cangkir teh di hadapan mereka sedikit bergetar.

Walaupun kedua kepala keluarga ini sudah menghadapi banyak hal dan sudah berpengalaman, tetapi begitu mendengar suara teriakan penuh amarah itu, ekspresi mereka berdua langsung berubah menjadi pucat pasi.

Hal yang paling membuat mereka ketakutan adalah kata-kata yang menyertai suara

teriakan keras itu.

“Ardika!”

Desta dan Zaki saling melempar pandangan dan mendapati sorot mata satu sama lain dipenuhi dengan ketakutan.

Nama itu sudah terukir dalam hati dan pikiran mereka, itu adalah nama sosok yang sangat kuat dan hebat.

Dalam acara pembentukan kembali Asosiasi Bahan Bangunan, mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana pemuda itu menghancurkan Asosiasi Bahan Bangunan hanya dalam hitungan menit!

SANDU SI

Kedua orang itu segera bangkit dari tempat duduk mereka dan berjalan keluar.

Sementara itu, anggota kedua keluarga itu sudah tersadar kembali dari keterkejutan

singkat mereka.

Sambil mengusap-usap telinga mereka yang kesakitan, mereka memelototi Ardika.

Sharon berteriak dengan marah, “Apa kamu pikir kamu dengan berteriak seperti itu

kamu sudah sangat hebat?! Kakekku dan Tuan Besar Keluarga Yendia sedang

mendiskusikan hukuman apa yang akan diberikan kepada Keluarga Basagita. Ardika, berani sekali kamu mengganggu mereka, hari ini kamu sudah pasti akan

mati! Nggak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu!”

“Diam!”

Tiba-tiba, terdengar teriakan amarah dua orang pria tua dari arah belakang.

Semua orang langsung terkejut dan mengalihkan pandangan mereka ke sumber

suara.

Mereka melihat Desta dan Zaki muncul di depan pintu vila.

Melihat Ardika yang sedang berdiri di sana, dua pria itu saling memapah dan bergegas menghampiri Ardika.

“Selamat datang Tuan Ardika! Mohon maaf kami nggak menyambut Tuan dengan

baik!”

Kedua kepala keluarga kaya kelas satu itu membungkuk di hadapan Ardika dan

memberi hormat padanya.

Melihat pemandangan itu, Sharon langsung tercengang, anggota kedua keluarga itu.

juga tercengang.

Mereka menatap Ardika dengan tatapan kosong.

Mereka sama sekali tidak mengerti mengapa kepala keluarga mereka begitu hormat dan takut pada menantu pecundang Keluarga Basagita itu.

Handoko juga menatap Ardika dengan tatapan terkejut.

Walaupun sebelumnya dia sudah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri

kehebatan Ardika, tetapi pemandangan seperti ini adalah pemandangan yang belum

pernah dilihatnya sebelumnya.

Bahkan kepala keluarga yang dihormati oleh Tuan Besar Basagita, tunduk di hadapan Ardika!

Ardika menatap dua kepala keluarga di hadapannya ini dan berkata dengan dingin,

Desta, Zaki, sekarang kalian sudah hebat, ya! Jelas-jelas cucu kalian yang menghina istriku terlebih dahulu. Aku meminta adik iparku untuk mematahkan kaki mereka

sebagai hukuman. Tapi, kalian malah nggak tahu diri. Kalian bukan hanya menangkap adik iparku ke sini dan memaksanya berlutut, kalian bahkan berani

menamparnya!”

Keringat dingin langsung bergulir membasahi kening Desta dan Zaki.

Desta buru-buru memberi penjelasan. “Tuan Ardika, kami mengira orang yang memukul cucu kami hanyalah anak biasa dari Keluarga Basagita. Kami nggak tahu

orang itu adalah Handoko, adik ipar Tuan!”

“Ya, benar Tuan Ardika. Kalau kami tahu Devan dan Felix sudah menghina Nona

Luna. Tanpa perlu instruksi dari Tuan, kami sendiri yang akan mematahkan kaki.

mereka!”

Zaki juga memberi penjelasan dengan terbata-bata.

Ardika mencibir dan berkata, “Kalau begitu, tadi cucu perempuanmu menyuruhku untuk berlutut padamu. Desta, coba kamu bilang, apa kamu berani menyuruhku

untuk berlutut di hadapanmu?”

“Brak!”

Desta langsung berlutut di hadapan Ardika tanpa ragu, Zaki juga ikut berlutut.

Saat acara pembentukan ulang Asosiasi Bahan Bangunan, dua pria tua itu sudah pernah berlutut.

Adegan di mana dua ribu orang berlutut pada saat bersamaan, tidak akan mereka lupakan seumur hidup, mereka.

“Tuan Ardika, bagaimana mungkin kami berani menyuruh Tuan untuk berlutut di hadapan kami? Seharusnya kami yang berlutut di hadapan Tuan!”

374

Saat ini, suasana di vila Keluarga Unima langsung berubah menjadi tegang.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.