Menantu Pahlawan Negara

Bab 192



Bab 192 Mengganggu Badan Keamanan Nasional

Helmi bergegas membawa anak buahnya pergi ke Departemen Pertanahan untuk menyelesaikan prosedur pengalihan properti.

Begitu bertemu dengan staf di sana, dia langsung mengungkapkan identitasnya.

“Namaku Helmi, presdir Grup Kejora sekaligus adik Diego, presdir Bank Banyuli. Aku adalah kerabat tiga keluarga besar. Cepat alihkan Vila Cakrawala menjadi atas namaku hanya dalam waktu lima menit!”

Dia yakin setelah dia mengungkapkan tiga identitasnya itu, staf di hadapannya ini pasti akan segera menuruti permintaannya.

Benar saja, begitu mendengar identitasnya, staf itu langsung gemetaran dan buru-buru memeriksa dokumennya.

Saat melakukan pemeriksaan identitas Helmi, semuanya berjalan dengan lancar. Sesuai dengan apa yang dikatakannya, dia memang memiliki tiga identitas itu.

Namun, saat melakukan pemeriksaan informasi Ardika, pemilik Vila Cakrawala sebelumnya, dia mendapati masalah.

Setelah mencoba beberapa kali, dia tetap tidak bisa menemukan identitas Ardika.

“Ada apa? Kenapa kinerjamu lambat sekali?!” tanya Helmi dengan tidak senang setelah melihat ekspresi gelisah staf itu dan belum juga menyelesaikan pekerjaannya.

Staf itu berkata, “Pak Helmi, sepertinya dokumen tentang pemilik vila sebelumnya yang Bapak berikan bermasalah. Kami nggak bisa menemukan data dirinya di dalam sistem kami ….”

“Omong kosong!”

Helmi menyelanya, “Keluarga Basagita sendiri yang menyerahkan data diri Ardika kepadaku. Bagaimana mungkin bermasalah? Mereka nggak mungkin berani memberiku data diri palsu!”

“Tapi, data dirinya benar-benar nggak bisa ditemukan dalam sistem kami. Aku juga nggak berdaya.”

Melihat sorot mata tajam pria gemuk di hadapannya, staf itu sudah hampir menangis.

“Kalau begitu, suruh atasan kalian yang mengerjakannya!”

Helmi malas membuang-buang waktunya dengan seorang staf biasa.

Staf itu segera menemui atasannya, tetapi hasil pencarian atasannya juga tetap sama.

Tidak peduli berapa kali mereka memasukkan nomor kartu identitas diri Ardika, upaya mereka tetap tidak membuahkan hasil.

Karena Helmi terus membuat keributan di sana, pada akhirnya Kepala Departemen Pertanahan, Kenedi Tandio sampai turun tangan.

Kenedi berkata dengan kesal, “Apa mungkin sistem kita bermasalah? Cepat panggil teknisi untuk memeriksanya.”

Mereka segera meminta teknisi untuk memeriksanya. Namun, walaupun teknisi sudah mencoba berbagai cara, hasilnya tetap sama.

Teknisi itu tidak ingin menyerah begitu saja, dia berkata, “Pak Kenedi, bagaimana kalau aku mencobanya lagi dengan meretas sistem?”

~”Coba saja, tapi jangan menimbulkan masalah.”

Satu menit kemudian, Kenedi berdiri di sana dengan tatapan kosong.

Dia ingin sekali menampar dirinya sendiri.NôvelDrama.Org holds this content.

Begitu teknisi mencoba untuk meretas sistem, seluruh sistem Kota Banyuli langsung mati dan semua data hilang.

Di depan layar hitam, muncul tanda seru berwarna merah terang yang membuat semua orang bergidik ngeri!

Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara helikopter dari atas gedung ini.

Beberapa helikopter dengan tulisan “polisi” melintas di udara. Kemudian, satu per satu anggota polisi khusus bersenjata lengkap turun dari atas langit dan menempati beberapa titik utama gedung tersebut.

Beberapa penembak jitu mengarahkan senjata mereka ke dalam gedung.

Tidak berhenti sampai di sana saja, terdengar suara sirene mobil polisi dari ujung jalan.

Dengan iringan sirene, puluhan mobil polisi melaju ke gedung Departemen Pertanahan dan mengepung seluruh gedung tersebut.

Para anggota polisi menarik garis polisi di sekeliling gedung, disertai dengan beberapa mobil polisi khusus. Di belakang garis polisi dan mobil polisi tersebut, ada anggota polisi bersenjata lengkap.

Titik-titik merah yang tak terhitung jumlahnya membidik semua orang yang berada di dalam gedung.

Di dalam gedung, saking ketakutannya, baik staf maupun penduduk yang datang untuk mengurus dokumen langsung berjongkok sambil melindungi kepala mereka.

Helmi yang tadi masih bersikap sangat arogan seolah-olah dirinya adalah penguasa dunia ini sudah ketakutan setengah mati, sampai- sampai buang air kecil di celana.

“Ada apa ini? Apa mungkin ada teroris di dalam gedung kita?!”

Kenedi dan orang-orang lainnya gemetar ketakutan. Mereka belum paham apa yang telah terjadi.

Di luar gedung, Sigit, ketua kantor polisi pusat melambaikan tangannya dengan ekspresi serius dan berkata, “Cepat serbu gedung ini dan tahan semua orang di dalamnya!”

Hanya dalam hitungan beberapa menit, ribuan orang yang berada di dalam gedung sudah dikendalikan.

Setelah memastikan situasi aman terkendali, dua mobil dengan pelat wali kota melaju ke sini.

“Pak Ridwan juga sudah datang! Sebenarnya apa yang terjadi?!” seru banyak orang begitu melihat orang yang keluar dari mobil pertama. Dengan ekspresi muram, Ridwan bergegas masuk ke dalam gedung dan menemui Kenedi.

Sesaat kemudian, teriakan penuh amarah Ridwan menggema di seluruh gedung.

“Kenedi, sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan?! Kamu bahkan sampai mengganggu Badan Keamanan Nasional, apa kamu mau dipecat?!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.