Menantu Pahlawan Negara

Bab 193



Bab 193 Helmi Hitora Ditangkap

“Pak Ridwan, aku nggak melakukan apa-apa. Sebenarnya apa yang terjadi?”

Saking ketakutannya, sekujur tubuh Kenedi gemetaran. Hingga saat ini, dia masih belum mengerti apa yang telah terjadi.

“Kamu sendiri nggak tahu apa yang telah kamu lakukan?!”

Ridwan kesal setengah mati, dia ingin sekali melayangkan sebuah tamparan ke wajah Kenedi.

“Pihak Badan Keamanan Nasional mengatakan staf kalian sedang mencoba menyelidiki data diri seorang tokoh penting dengan tingkat kerahasiaan bintang lima!”

“Walau sudah diperingatkan berkali-kali, kalian tetap memaksa untuk meretas sistem data.”

“Mereka mencurigai ada teroris tingkat internasional yang membahayakan keselamatan tokoh penting ini. Karena itulah, mereka langsung mengaktifkan penghancuran sistem otomatis untuk menghilangkan semua data kalian dan meminta Kota Banyuli untuk melenyapkan kalian dengan segala cara!”

Begitu mendengar erangan penuh amarah Ridwan, Kenedi dan yang lainnya langsung tercengang.

Tokoh penting dengan tingkat kerahasiaan bintang lima?

Jangankan menyelidiki data diri orang sepenting itu, mereka bahkan sama sekali tidak mengenalnya dan tidak memercayai apa yang

sedang terjadi.

Namun, melihat pengepungan seluruh gedung, mereka tetap harus menerima kenyataan ini.

Ridwan berkata dengan ekspresi marah, “Cepat katakan! Data diri siapa yang sedang kalian selidiki?!”

“Pak Ridwan, kami nggak sedang menyelidiki data diri tokoh penting. Kami hanya sedang menyelidiki data diri seorang tokoh nggak penting. Namanya Ardika Mahasura, menantu Keluarga Basagita yang sudah terkenal di Kota Banyuli,” kata Kenedi dengan ekspresi

bersedih.

Ridwan langsung membelalak kaget. Tiba-tiba, dia melayangkan tamparan ke wajah Kenedi dan berkata, “Tokoh nggak penting? Berani sekali kamu mengatakan Tuan Ardika adalah tokoh nggak penting? Apa kamu pikir seorang tokoh nggak penting bisa sampai menggemparkan Badan Keamanan Nasional? Kenedi, apa kamu bodoh?!”

Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya dan berkata, “Bawa pergi semua orang yang terlibat dalam hal ini, lalu serahkan kepada pihak investigasi. Sebaiknya kalian berdoa dengan sungguh-sungguh. Kalau sampai terbukti kalian ada hubungannya dengan teroris, kalian hanya tinggal menunggu ajal menjemput kalian!”

“Ah….”

Kenedi langsung terjatuh dan terduduk di lantai, ekspresinya langsung berubah menjadi pucat pasi.

Sementara itu, para staf dan teknisi yang berada di belakangnya juga tercengang.

Mereka hanya ingin memeriksa data diri Ardika untuk melakukan proses pengalihan properti.

Kenapa mereka malah dikaitkan dengan teroris?

Dengan iringan suara permohonan menyedihkan mereka, orang-orang itu dibawa pergi oleh anggota polisi.

Tidak hanya mereka, sebagai sumber dari semua masalah ini, Helmi juga diborgol dan dibawa pergi.

Saat ini, hal yang menunggu mereka adalah investigasi yang berkepanjangan.

Melihat pemandangan ini, orang-orang yang berada di luar gedung juga sangat terkejut.

Apa yang terjadi?

Kalaupun Kenedi melakukan kesalahan dan ditangkap, pihak kepolisian juga tidak perlu mengerahkan anggota sebanyak ini juga, ‘kan?

Dalam sekejap, suasana di Departemen Pertanahan tenang kembali, aktifitas kembali berjalan seperti biasa.

Ridwan sendiri yang menjadi pengawas di sana.

Wakil Direktur Departemen Pertanahan menyeka keringat dinginnya dan bertanya, “Pak Ridwan, kakaknya Helmi, Diego baru saja menelepon ke sini. Dia menanyakan apa alasan adiknya ditangkap. Jawaban apa yang harus aku berikan padanya?”

Sebenarnya, Bank Banyuli adalah bisnis yang bergerak di bawah pengawasan Wali Kota Banyuli.NôvelDrama.Org holds this content.

Sebenarnya, Diego adalah bawahan Ridwan.

Namun, dengan mengandalkan identitasnya sebagai menantu tiga keluarga besar, dia menganggap Ridwan bukan apa-apa.

Kasus pemutusan pinjaman Grup Agung Makmur sudah menyebar luas.

Ridwan sudah mengetahui hal ini dan mengumpat dalam hati, ‘Dasar bocah ini, cari mati saja!’

Dia berkata dengan dingin, “Kejadian hari ini sudah terpampang jelas di depan mata. Kamu katakan saja padanya dengan sejujurnya. Tapi, tetap rahasiakan tentang Tuan Ardika. Katakan saja padanya Keluarga Basagita memberikan data diri palsu kepada adiknya.”

Di dalam ruang presdir Bank Banyuli, Diego langsung ketakutan setengah mati setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh Wakil Direktur Departemen Pertanahan.

Jelas-jelas adiknya pergi ke Departemen Pertanahan untuk mengurus pengalihan nama Vila Cakrawala. Bagaimana adiknya sampai bisa terlibat dalam kasus membahayakan keselamatan seorang tokoh hebat, bahkan sampai ditangkap oleh Badan Keamanan Nasional?

“Pasti semua ini ulah Ridwan. Dia yang sudah mencelakai adikku. Aku tahu dia nggak menyukaiku bukan baru satu atau dua hari.”

Saking kesalnya, Diego menghancurkan semua barang-barang yang ada dalam ruang kerjanya.

Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun pada Ridwan.

Dalam waktu dekat, dia juga tidak bisa menyelamatkan adiknya. Penyelidikan kasus sebesar ini pasti tidak akan selesai dalam waktu singkat.

Saat ini, dia sudah mulai memendam kebencian pada Keluarga Basagita.

Kalau bukan karena Keluarga Basagita memberikan data diri palsu kepada adiknya, Ridwan tidak akan mendapatkan titik kelemahan adiknya.

Diego segera memanggil anak buahnya dan berkata, “Kalian pergi temui Keluarga Basagita dan minta 400 miliar itu kembali. Selain itu, minta 200 miliar kompensasi dari mereka. Aku akan menggunakan uang ini untuk menyelamatkan adikku!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.